Mengenai Saya

Sabtu, 25 Februari 2012

NUTRISI TERNAK POTONG


                                                                      PROBIOTIK
PENDAHULUAN
Istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani yang sebenarnya merupakan lawan dari antibiotik. Sedangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan probiotik sebagai bakteri hidup yang apabila diberikan dalam jumlah yang sesuai akan memberikan efek yang menguntungkan pada tubuh manusia. Atau dalam kata lain, probiotik adalah suplemen mikroba hidup yang dapat menyeimbangkan bakteri dalam usus.
SEJARAH PROBIOTIK
.Konsep probiotik sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Namun baru awal abad ke-19 dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff, seorang ilmuwan Rusia yang bekerja di Institut Pasteu, Paris. Metchnikoff mendapatkan, bangsa Bulgaria yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi yogurt (susu fermentasi) tetap sehat dalam usia lanjut. Metchnikoff menyatakan bahwa mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan terdiri dari dua jenis, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pemberian yoghurt yang mengandung Lactobasillus bulgaricus (bakteri yang menguntungkan) meningkatkan kesehatan dan harapan hidup seperti terjadi pada penduduk Balkan. Prinsip kerja bakteri-bakteri probiotik (lactobacillus dan Bifidobacterium) bekerja secara anaerob menghasilkan asam laktat mengakibatkan turunnya pH saluran pencernaan yang menghalangi perkembangan dan pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen. Berbeda dengan bakteri pathogen (Escherichia coli) yang mendiami daerah dinding pencernaan untuk mengembangkan penyakit, bakteri-bakteri probiotik mendiami mukosa pencernaan yang juga berakibat perubahan komposisi dari bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan.
Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.

DEFINISI PROBIOTIKA

Istilah “probiotika” berasal dari bahasa yunani “probios” yang dalam biologi berarti untuk kehidupan. Istilah tersebut pertama kali digunakan untuk menjelaskan substansi (zat) yang disekresikan oleh suatu mikroba / mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan (Fuller, 1992). Istilah probiotika didefinisikan kembali oleh Fuller pada tahun 1989 bahwa probiotika adalah sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang / yeast yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller, 1992). Mikroba-mikroba tersebut secara alami telah ada dalam tubuh hewan, ternak atau manusia, dan merupakan bagian pertahanan tubuh karena membantu tubuh melawan mikroba-mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Didalam saluran pencernaan mikrobamikroba ini mendukung kesehatan saluran pencernaan.
McNaught and MacFie (2000) mengemukakan bahwa mikroba bisa dikatakan mempunyai status probiotika bila memenuhi sejumlah kriteria sebagai berikut :
1.      Bisa diisolasi dari hewan inang dengan spesies yang sama;
2.      Mampu menunjukkan pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang;
3.      Tidak bersifat patogen;
4.      Bisa transit dan bertahan hidup dalam saluran pencernaan hewan inang;
5.      Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama dalam penyimpanan
Walaupun istilah probiotika yang berkaitan dengan makanan tambahan (feed supplement) baru dimulai pada sekitar tahun 1974, tetapi penggunaan mikroba hidup sebagai makanan tambahan telah dimulai dari ratusan tahun sebelumnya. Makanan yang pertama sekali mengandung mikroorganisme hidup adalah susu fermentasi (Fuller, 1992), dan saat ini dikenal sebagai dadih di Sumatera Barat dan yoghurt yang banyak dijual dipasaran.

MEKANISME KERJA PROBIOTIKA

Mekanisme kerja dari probiotik masih banyak yang kontroversi, tetapi beberapa mekanisme berikut penting untuk menjadi bahan pertimbangan, antara lain adalah :

1. Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
Kemampuan probiotika untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus adalah sesuatu yang diinginkan. Hal ini merupakan tahap pertama untuk berkolonisasi, dan selanjutnya dapat dimodifikasi untuk sistem imunisasi / kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan  mikroba-mikroba probiotika berkembang dengan baik dan mikrobamikroba patogen terreduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli, Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan. Sejumlah probiotik telah memperlihatkan kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus manusia seperti Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum dan sejumlah besar Bifidobacteria. (McNaught and MacFie, 2000).

2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti mikrobial
Mikroba probiotika menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi. Substrat bahan makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotika dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung perkembangan mikroba probiotika dalam salauran pencernaan disebut “prebiotik” (Patterson and Burkholder, 2003). Prebiotik ini adalah terdiri dari bahan-bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung serat. Pada makanan manusia prebiotik dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan seperti biji-bijian, sayur-sayuran seperti brocoli, kembang kol, sayuran hijau, buah-buahan, produk olahan kedalai seperti tempe, tahu, tauco, beberapa sumber karbohidrat seperti terigu, bawang merah dan bawang bombai (Anonymous, 2003; Anonymous, 2004). Sejumlah mikroba probiotika menghasilkan senyawa / zat-zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran pencernaan yaitu enzim. Mikroba-mikroba probiotika penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan ternak unggas. Saat ini penggunaan bahan makanan ternak (pakan) untuk unggas kebanyakan berasal dari limbah industri atau limbah pertanian yang pada umumnya mengandung serat kasar tinggi. Penggunaan mikrobamikroba probiotika yang menghasilkan enzim selulase mampu memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dari limbah industri dan pertanian tersebut, dan mikroba probiotika membantu proses pencernaan sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan peningkatan pertambahan bobot badan. Mikroba probiotika juga mensekresikan produk anti mikrobial yang dikatakan bacteriocin. Sebagai contoh Lactobacillus aciodophilus menghasilkan dua komponen bacteriocin yaitu bacteriocin lactacin B dan acidolin. Bacteriocin lactacin B dan acidolin bekerja menghambat berkembangnya organisme patogen (McNaught and MacFie, 2000).

3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang
Mikroorganisme probiotika mampu mengatur beberapa aspek dari system kekebalan hewan inang. Kemampuan mikroba probiotika mengeluarkan toksin yang mereduksi / menghambat perkembangan mikroba-mikroba patogen dalam saluran pencernaan, merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan hewan inang. Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotika bagi mikroba-mikroba patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut akan bekurang dan dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini akan memberikan keuntungan terhadap kesehatan hewan inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit. Penggunaan probiotika pada ternak unggas dilaporkan dapat menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehinggga pembentukan amonia menjadi berkurang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas (Yeo and Kim, 1997).

MIKROBA PROBIOTIKA
Sejumlah spesies mikroba telah berhasil diisolasi, dan telah diidentifikasi dan digunakan sebagai probiotika. Fuller (1999) melaporkan bahwa mikroba-mikroba yang termasuk kedalam probiotika antara lain adalah :
Lactobacillus delbrueckki subspesies bulgaricus
L. acidophilus
L. casei subspesies casei
L. rhamnosus
L. reuteri
L. plantarum
L. fermenteum
L. brevis
L. lactis
Streptococcus salivarius subspesies thermophilus
S. lactis
Enterococcus faecium
E. faecalis
Bifidobacterium bifidum
B. pseudolongum
B. brevis
B. thermophilus
Bacillus subtilis
B. cereus
B. toyoi
B. natto
B. mesentricus
B. licheniformis
Clostridium butyricum
Pediococcus pentosaceus
Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus oryzae, dan
Candida pintolepsi
Beberapa mikroba probiotik telah diperjual belikan secara komersial, baik dalam bentuk tunggal (hanya satu macam mikroba probiotika) maupun dalam bentuk campuran (lebih dari satu macam mikroba). Sebagai contoh “GAIA feed” adalah probiotika yang hanya mengandung satu macam mikroba yaitu Lactobacillus reuteri (Fuller, 1999), “Probiolac” (produksi Intervet, salem India) terdiri dari Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Aspergillus oryzae, Streptococcus faecium dan Torulopsis spp.(Panda et al., 2003). “Protexin” (produksi Novartis probiotics international, UK) terdiri dari Lactobacillus plantarum, L.delbruecki subspecies bulgaricus, L. acidophilus, L. rhamnosus, Bifodobacterium bifidum, Stretococcus salivarius subspesies thermophilus, Enterococcus faecium, Aspergillus oryzae dan Candida pentolepsi (Balevi et al., 2001; Fuller, 1999), serta masih banyak lagi jenis probiotika komersial yang lain.

PROBIOTIK UNTUK TERNAK
Probiotik merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh menguntungkan bagi ternak inangnya dengan meningkatkan keseimbangan populasi mikroba dalam saluran pencernaan ternak yang bersangkutan (Fuller, 1979). Sedangkan menurut Ritonga (1992b) probiotik didefinisikan sebagai suatu kultur spesifik dari mikroorganisme hidup seperti bakteri dari Strain Lactobacillus yang dapat memberikan efek-efek menguntungkan pada ternak serta dapat berfungsi untuk memperbaiki keseimbangan mikrobial di dalam saluran pencernaan ternak.
Syarat probiotik adalah : bakteri tersebut tidak patogen terhadap ternak maupun manusia, bakteri tersebut harus merupakan mikroorganisme yang normal berada di dalam saluran pencernaan dan sanggup melakukan kolonisasi didalam usus, harus tahan terhadap asam-asam lambung, dan garam-garam empedu, enzim-enzim pencernaan, maupun respon-respon kekebalan didalam tubuh ternak, serta sanggup memproduksi zat-zat anti bakteri yang berspektrum luas pada bakteri-bakteri patogen pada saluran pencernaan manusia (Ritonga, 1992a). Umumnya yang memenuhi syarat-syarat tersebut diatas adalah bakteri dari Strain Lactobacillus dan Pediococci spp.
Probiotik untuk unggas
Hasil penelitian yang menggunakan anak-anak ayam yang diberi kultur bakteri asam laktat sebesar 0,2 % pada ransumnya menunjukkan pertambahan berat badan yang nyata dibanding kontrol. Disamping itu efisiensi pakan yang merupakan perbandingan antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badannya secara nyata lebih rendah dibanding kontrol. Populasi Lactobacillus pada saluran pencernaannya juga lebih tinggi dibanding kontrol (Jin, et al., 1996a).
Probiotik pada ayam biasa di ber ikan melalui air minumnya dan sangat baik diber ikan pada ayam yang dikandangkan dan dalam keadaan 'stress', dalam keadaan ini ayam sangat mudah ter serang penyakit yang ser ing kali mengakibatkan kematian. Lactobacillus mempunyai pengaruh antagonisme terhadap berbagai jenis dan strain Salmonella dan Escherichia coli (Jin, et al., 1996b). Kemampuan bakteri asam laktat untuk menekan per tumbuhan berbagai bakter i baik Gram positif maupun Gram negative sudah lama diketahui. Proses penekanan itu diduga karena produksi asam-asam organik, misalnya asam laktat dan asam asetat, yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri, produksi hidrogen peroksida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Probiotik untuk ruminansia (sapi, kerbau dll)
Secara umum pemberian probiotik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak, tetapi secara khusus dapat berupa peningkatan populasi mikroba, peningkatan kecernaan serat,perbaikan stabilitas pH, perubahan proporsi volatile fatty acid (VFA) dan peningkatan konsumsi pakan serta peningkatan pertambahan berat badan. Dampak positif pemberian probiotik pada ternak dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama, karena apabila kondisi optimum pada saluran pencernaannya telah tercapai selanjutnya ternak akan tetap bertahan sehat.
Probiotik sangat bermanfaat apabila diberikan pada ternak yang sedang mengalami 'stress', misalnya pada waktu pengiriman dari satu daerah ke daerah lain. Lactobacillus sp. TSD-10, probiotik hasil penelitian Puslitbang Bioteknologi-LIPI, merupakan probiotik untuk sapi yang menunjukkan indikasi perbaikan per tumbuhan pada pedet. Di samping itu hasil pengujian secara in vitro menunjukkan peningkatan konsentrasi VFA (Widyastuti, et al., 1996).
Berbagai laporan yang dirangkum Wallace & Newbold (1992) menyatakan pemakaian probiotik dari Yeast dan kapang yang efektif baik pada ternak muda maupun ternak dewasa. Pemberian Saccharomyces cerevisiae meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan anak sapi dan anak domba setelah disapih serta memperbaiki konsumsi dan pertambahan berat badan pada anak sapi yang baru mengalami 'stress' akibat pengangkutan. Aspergillus oryzae dapat merangsang per tambahan berat badan anak sapi, konsumsi bahan ker ing dan dapat mempercepat penyapihan, disamping itu juga merangsang perkembangan rumen dan meningkatkan jumlah bakteri amilolitik, pektinolitik, selulolitik, hemiselulolitik dan secara keseluruhan pada total bakterinya. Kedua jenis mikroba tersebut juga dapat memperbaiki produksi susu dan kandungan lemaknya pada sapi perah.
Pertumbuhan Selenomonas ruminantium HD4, meningkat sekitar 10 % selama 24 jam pada medium yang mengandung trypticase, ekstrak Yeast dan DL-laktat dengan penambahan kultur Saccharomyces cerevisiae (Callaway & Martin,1997). Penerapan pemakaian kultur kamir pada ransum ternak dimaksudkan untuk membantu menekan konsentrasi laktat dengan cara merangsang per tumbuhan bakteri rumen yang dapat memfermentasikan laktat. Dengan demikian pengaruh negatif yang berhubungan dengan asidosis laktat dapat dikurangi.

Probiotik untuk babi
Pemakaian probiotik pada anak babi pada saat lahir dan disapih dapat meningkatkan per tambahan berat badan harian sebesar rata-rata 190 g dibanding 150 g pada kontrol. Angka kematian yang disebabkan oleh mencret dapat ditekan menjadi 0 % dibanding kontrol sebesar 7,5 %.
Adanya perbaikan pada konsumsi dan efisiensi konver si pakan sangat menguntungkan para peternak, terutama pada waktu penjualan babi. Usaha peternakan babi sudah merupakan suatu industr i yang bersifat komersial. Resiko yang ditimbulkan akibat penyakit infeksi yang mengganggu saluran pencernaan merupakan hal yang sangat merugikan. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik dan obat-obat lain sudah banyak dilakukan, tetapi tampaknya pemakaian probiotik lebih menar ik dikaitkan dengan berbagai alasan. Laporan terbaru (Tae-Kwang & Benno, 1998) menyebutkan bahwa Lactobacillus sp. TSC-66 merupakan strain yang baik untuk pembuatan probiotik pada babi, karena telah terbukti dapat menekan E.coli, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus dan Clostridium perfringens.

Probiotik pada akuakultur
Salah satu upaya yang dapat di lakukan guna mempertahankan keberlanjutan daya dukung ekosistem tambak adalah melalui penggantian aplikasi bahan kimia dan obat-obatan melalui aplikasi musuh alami hama penyakit dan patogen. Program eksplorasi dan pengembangan musuh alami untuk pengendalian hama dan penyakit akan sangat efektif diterapkan dalam upaya pengendalian hama dan penyakit terpadu yaitu melalui aplikasi probiotik.
 Untuk mengembangkan probiotik yang dapat mengendalikan penyakit telah di lakukan studi mengenai mikroorganisme yang mempunyai kemampuan menekan patogen. Salah satu bentuk probiotik adalah konsorsia bakter i antagonis terhadap patogen udang yang efektif menekan pop ulasi patogen dalam ekosistem tambak. Lactobacillus spp. dilaporkan efektif menghambat vibr iosis (Jiravanichpaisal dan Chauychuwong, 1997), Pseudomonas fluorescens dapat menghambat Vibrio anguilarum (Gram et al., 1999), Bacillus spp. dan Staphylococcus spp. yang berasal dari tambak mampu menekan bakteri Vibrio (Suprapto, 2005). Pemanfaatan bakteri antagonis sebagai agen pengendalian hayati akan semakin penting dari segi ekosistem akuakultur , karena dapat mengurangi bahkan menghi langkan penggunaan antibiotik sehingga tercipta sistem budidaya ramah lingkungan sekaligus menerapkan sistem keamanan hayati untuk mengurangi risiko kontaminasi penyakit pada produksi budidaya udang.
Salah satu pengendalian bakteri patogen adalah mempertemukan dengan bakteri antagonisnya. Vershere et al. (2000) cit. Isnansetyo (2005) mengemukakan bahwa bakteri antagonis dalam perannya sebagai agen pengendalian hayati melalui mekanisme menghasi lkan senyawa penghambat pertumbuhan patogen, kompetisi pemanfaatan senyawa tertentu atau kompetisi tempat menempel, mempertinggi respon imun inang, meningkatkan kualitas air dan adanya interaksi dengan fitoplankton. Bakteri antagonis yang digunakan sebagai agen pengendalian hayati dimasukkan dalam istilah probiotik.
Menurut Gatesoupe (1999), probiotik merupakan mikrobia yang diberikan dengan berbagai cara sehingga masuk dalam saluran pencernaan dengan tujuan mempertinggi derajat kesehatan inang. Menurut Gomez-Gil et al. (2000) cit. Tepu, (2006), pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alamiah untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme yang berbahaya atau pengaturan populasi penyakit oleh musuh alamiahnya. Tjahjadi et al. (1994) menyatakan bahwa populasi bakteri Vibrio harveyii di lingkungan pemeliharaan udang dapat ditekan dengan cara mengintroduksikan bakteri tertentu yang diisolasi dari perairan laut di sekitar tambak atau pembenihan udang. Tetraselmis suecica dilaporkan mampu menghambat Aeromonas hydrophila, A. salmonidica, Serratia liquefaciens, Vibrio anguilarum, V. salmonisida, Yerisnia rockery (Austin et al., 1992), Lactobacillus spp. dilaporkan efektif menghambat vibriosis (Jiravanichpaisal dan Chauychuwong, 1997), Pseudomonas fluorescens dapat menghambat Vibrio anguilarum (Gram et al., 1999), Bacillus spp., dan Staphylococcus spp. yang berasal dari tambak mampu menekan bakteri Vibrio (Sprapto, 2005). Bakteri Vibrio sp. NM 10 yang diisolasi dari Leiognathus nuchalis bersifat antagonis terhadap Pasteurella piscicida karena menghasi lkan protein dengan berat molekul kuang dari 5 kDA. Protein tersebut diduga bacteriocin atau senyawa serupa bacteriocin (bacteriocin like substance) (Sugita et al., 1997 cit. Isnansetyo, 2005). Bacteriocin adalah senyawa yang banyak dihasilkan oleh bakteri asam laktat (Ringo and Gatesoupe, 1998). Kamei dan Isnansetyo (2003) menemukan Pseudomonas sp. AMSN mampu menghambat pertumbuhan Vibrio alginolyticus karena menghasilkan senyawa 2,4 diacetylploroglucinol. Bacillus sp. NM 12 yang diisolasi dari intestine ikan Callionymus sp. Mampu menghambat Vibrio vulnificus RIMD 2219009 dengan cara menghasi lkan siderofor (Sugita et al., 1998). Siderofor merupakan protein spesifik pengikat ion Fe dengan berat molekul rendah yang mampu melarutkan Fe yang mengendap. Mekanisme tersebut merupakan kompetisi pemanfaatan senyawa ter tentu oleh mikroorganisme.
(Fakhrudin Al Rozi - Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) Peningkatan penggunaan antibiotik pada akuakultur malah diikuti oleh bertambahnya penyakit patogenik dan seringkali hal ini sekarang dikaitkan dengan meningkatnya resistensi bakteri patogen terhadap bahan kimia (antibiotik). Ke-kuatiran pun muncul dari aplikasi antibiotik pada ikan konsumsi terhadap manusia. Dari berbagai sumber ilmiah disimpulkan bahwa penggunaan antibiotic (seperti Quinolone, Tetracycline dll.) menyebabkan mutasi kromosom pathogen atau akuisisi plasmid. Berbagai solusi diupayakan antara lain vaksinasi, teknologi budidaya yang lebih baik, code of practices, best management practices dan lain sebagainya, tentunya membawa dampak positif pada perkembangan akuakultur .
Penggunaan probiotik yang bekerja melalui mekanisme tertentu untuk melawan pathogen, saat ini dipandang sebagai langkah alternatif. Beberapa tahun terakhir probiotik yang sudah biasa digunakan pada manusia dan binatang mulai diaplikasikan kepada bidang akuakultur (Gatesoupe, 1999; Gomez-Gil et al., 2000; Verschuere et al., 2000; Irianto and Austin, 2002; Bache`re, 2003). Pemberian probiotik pada ikan (secara internal), berdasarkan peneliti Thailand dan Jepang pada ikan nila (Tilapia nilotica) menyebutkan adanya penurunan mor talitas dari 75 % pada control menjadi 5,2 % pada ikan-ikan yang diberi probiotik. Sedangkan kenaikan berat badan mencapai 46,3 % dibanding 9,6 % pada kontrol.

PENGARUH PROBIOTIK TERHADAP TERNAK
Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan sapi dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Pemberian probiotik Bio-CAS berfungsi untuk membantu meningkatkan efisiensi pencernaan ternak. Bio-Cas terdiri dari bakteri dari Genus Ruminococcus, Bakteroides, Laktobacillus, serta genus jamur fermentatif lainnya yang berfungsi merombak bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim pencernaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 5 cc Bio-cas pada sapi Bali yang diberikan pakan tambahan 2 kg dedak padi/ekor/hari ternyata mampu memberikan pertambahan berat badan sapi Bali sebesar 600-650 g/ekor/hari. Pada ternak ayam pemberian Lactobacillus meningkatkan pertambahan berat badan 491,3 g/hari dibandingkan dengan kontrol 459,6 g/ hari. Namun, penelitian pada babi pengaruh probiotik baru jelas terlihat apabila ternak tersebut berada dalam kondisi stres, sementara keadaan normal tidak terdapat pengaruh nyata.
Di samping bakteri, fungi juga digunakan sebagai probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability dari pakan tersebut. Berbeda dengan bakteri, fungi merupakan mikro-organisme yang mempunyai tingkat resisten yang tinggi dan dapat hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan, di samping itu juga fungi mudah dikembang biakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Aspergillus niger meningkatkan berat badan 5,9 persen dan meningkatkan efisiensi pakan 0,8 persen. Peningkatan penampilan ternak akibat pemberian Aspergillus niger disebabkan oleh meningkatnya asam lemak terbang (volatile fatty acids) seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat yang merupakan sumber energi bagi ternak terutama ternak ruminansia (sapi, kerbau, atau kambing). Juga dilaporkan bahwa pemberian Saccharomyces cerevisie dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat seperti selulosa dan hemiselulosa. Transpor ternak dari satu tempat ke tempat lainnya dapat mengakibatkan ternak menjadi stres, penambahan fungi pada pakan ternak selama masa perpindahan ternak dapat menjadi salah satu pemecahan masalahan.

Probiotik dalam Pencernaan Serat Kasar pada Ruminansia

Dalam usaha meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan untuk menghasilkan produk ternak secara optimal perlu adanya bahan pakan yang memiliki nilai gizi tinggi. Zat gizi yang terkandung didalam pakan kadang-kadang berada pada ikatan molekuler yang sulit dicerna sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak. Dengan makanan jenis kasar, pola fermentasinya sebagian besar melalui multiplikasi organisme-organisme pencerna serat kasar yang mencerna selulosa dan hemiselulosa. Urutan pola fermentasi dalam rumen adalah glukosa → silosa → pati → selulosa. Peranan mikroba rumen dalam membantu pemecahan zat gizi dalam pakan dan mengubahnya menjadi senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh ternak merupakan keuntungan yang dimiliki oleh hewan ruminasia. Pakan yang berserat merupakan pakan yang biasa untuk ternak ruminasia, namun pemecahan komponen serat (selulosa, hemiselulosa dan lignin) sangat tergantung pada aktivitas enzimatis mikroba rumen serta sifat degradabilitas komponen serat tersebut. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas enzimatis mikroba rumen dapat dirangsang melalui induksi sintesis enzim maupun melalui peningkatan populasi mikroba tertentu (Hobson dan Jouany, 1988). Pemanfaatan probiotik yang merupakan campuran berbagai spesies mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang mampu memecah komponen serat (cellulolytic microorganism) melalui pakan dapat meningkatkan produktivitas ternak. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kecepatan cerna (rate of digestion) serat pada awal proses pencernaan sehingga mempengaruhi ketersediaan energi adenosine triphospate (ATP) yang diperlukan dalam poliferasi mikrobial rumen. Nilai kecernaan semu (extend of digestion) pada umumnya tidak mengalami perubahan yang berarti terutama setelah waktu inkubasi selama 48 jam. Manipulasi rumen dapat diarahkan utuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan melalui maksimalisasi kecernaan nutrien maupun sintesis protein mikroba rumen. Manipulasi ini dapat digunakan melalui penggunaan antibiotik, defaunasi, peghambatan produksi methan, maupun penggunaan probiotik. Serangkaian penelitian pemafaatan probiotik dalam pakan telah dilakukan di BALITNAK secara in vitro maupun in vivo dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap peningkatan kecernaan komponen serat pakan maupun terhadap produktivitas ternak (Haryanto et al, 1998).
Pemberian Probiotika Dan Manfaatnya Pada Ternak Unggas

Di dalam saluran pencernaan baik hewan, ternak atau manusia terdapat sekitar 100 sampai 400 jenis mikroba, yang secara sederhana dikelompokkan dalam mikroba baik (yang menguntungkan) dan mikroba jahat (yang merugikan yang bisa menyebabkan penyakit atau mikroba patogen). Semua mikroba hidup dalam keseimbangan. Jika keseimbangan tergganggu, misalnya mikroba jahat lebih banyak dibandingkan dengan mikroba baik, maka timbullah penyakit. Terjadinya diare misalnya adalah akibat bakteri Esheriacia coli, cholera oleh bakteri Vibrio cholerae atau thypus oleh bakteri Salmonella Thypimurium
Pemberian probiotika seperti telah dikemukakan dibagian terdahulu adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba didalam saluran pencernaan hewan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya lebih tinggi dari populasi mikroba yang merugikan. Pada manusia, perbandingan persentase jumlah mikroba yang baik yang diajurkan adalah sekitar 85:15 (Anonymous, 2004). Perbandingan tersebut tentu saja dapat dicapai dengan pemberian atau penggunaan probiotika dan prebiotika. Pemberian probiotika pada ternak unggas bisa diberikan dalam bentuk campuran ransum atau diberikan melalui air minum, atau dalam bentuk probiotika yang hanya mengandung satu macam strain mikroba saja atau dalam bentuk campuran terdiri dari beberapa strain mikroba seperti “probiolac” atau “protexin”.
Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotika pada hewan / ternak antara lain adalah dapat memacu pertumbuhan, memperbaiki konversi ransum, mengontrol kesehatan antara lain dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan terutama pada hewan-hewan muda, prapencernaan faktor-faktor anti nutrisi seperti penghambat trypsin, asam phitat, glukosinolat dan lain-lain (Havenaar et al., 1992). Pemberian probiotika pada ayam broiler dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan, angka konversi serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain (Barrow, 1992; Yeo and kim, 1997). Pemberian probiotika pada ayam broiler sebaiknya dilakukan selama 3 minggu pertama pemeliharaan (Yeo and Kim, 1997). Pada ayam petelur dilaporkan bahwa pemberian probiotika (protexin pada taraf 500 ppm) dapat memperbaiki produksi telur, konsumsi ransum, tetapi tidak terhadap berat telur (Bahlevi et al., 2001), sedangkan Panda et al (2003) melaporkan pemberian probiotika (probiolac pada taraf 100 mg/kg ransum) dapat memperbaiki produksi telur, berat kerabang dan tebal kerabang telur serta menurunkan kadar kolesterol pada kuning telur. Dibeberapa negara Eropa dan Amerika saat ini sedang dikampanyekan pembatasan penggunaan antibiotika pada hewan-hewan ternak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi dari penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia (konsumen). Selain itu pemberian antibiotika juga bisa menggangu keseimbangan mikroba didalam saluran pencernaan. Sebagai alternatif yang aman dari penggantian penggunaan antibiotika adalah dengan pemberian probiotika, karena tidak mempunyai pengaruh samping yang negatif bila diberikan dalam dosis yang tepat (Patterson and Burkholder, 2003; Cavazzoni et al., 1998; Yeo and Kim, 1997). Penggunaan probiotika juga merupakan suatu cara pendekatan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi penyakit terutama penyakit thypus terhadap produk-produk unggas yaitu daging dan telur, sehingga daging dan telur yang dihasilkan higienis dan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan standard kesehatan (Patterson and Burkholder, 2003). Hal ini sebagai akibat terreduksinya mikroba-mikroba pathogen penyebab penyakit.

Penggunaan probiotika saat ini tidak hanya berkembang pada ransum-ransum hewan atau ternak, tetapi juga berkembang pada makanan manusia. Sejumlah produk makanan manusia (pangan) telah juga dilengkapi dengan probiotika dan prebiotika, seperti produk olahan susu untuk bayi. Susu formula untuk bayi dilengkapi dengan probiotika dimaksudkan agar dalam salauran pencernaan bayi berkembang mikrobamikroba yang menguntungkan sehingga bayi lebih tahan terhadap penyakit dan lebih sehat. Produk olahan lain adalah susu fermentasi seperti yogurt dan yakult. Dengan demikian pemberian probiotika pada ternak unggas diharapkan dapat memberikan manfaat terutama peningkatan performance / penampilan produksi yaitu kuantitas (produksi ternak dan daging yang tinggi) dan kualitas (kualitas telur dan daging yang baik dan higienis) sehingga kedepan diharapkan dapat menjadikan usaha peternakan unggas menjadi lebih ekonomis dan menguntungkan.

Pengaruh Probiotik Pada Ternak Unggas
Penambahan probiotik dalam ransum secara nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam. Hal ini sebagai akibat dari meningkatnya konsumsi ransum. Peningkatan konsumsi ransum ini akan diikuti dengan peningkatan konsumsi zat-zat makanan lainnya, khususnya asam-asam amino dan mineral yang sangat erat sekali kaitannya dengan pertumbuhan (Wahyu, 1988). Adanya zat probiotik dalam ransum juga dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan.
Menurut Barrow (1992), pada dasarnya ada dua tujuan utama dari penggunaan probiotik pada unggas yaitu : (1) Untuk tujuan manipulasi mikroorganisme saluran pencernaan bagian anterior (crop, gizard dan usus halus) dengan menempatkan mikroflora dari strain Lactobacillus sp dan (2) Untuk meningkatkan daya tahan ternak dari infeksi Salmonella. Dilaporkan oleh Jin et al. (1997), manfaat probiotik pada unggas adalah : (1) Menempatkan mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan; (2) Meningkatkan aktivitas enzim-enzim pencernaan dan menekan aktivitas enzim-enzim bakteri yang merugikan; (3) Memperbaiki feed intake dan pencernaan; dan (4) Menekan produksi gas amonia dan merangsang sistem pertahanan tubuh.
Ramia dan Bidura (2000), melaporkan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan berat karkas dan persentase daging karkas, sebaliknya menurunkan jumlah lemak sub kutan termasuk kulit. Dilaporkan juga bahwa penurunan kandungan protein dalam ransum ternyata menurunkan berat karkas dan jumlah daging karkas, Sebaliknya jumlah lemak subkutan termasuk kulit menurun. Kandungan protein ransum yang lebih rendah dari standar yang direkomendasikan ternyata menurunkan pertumbuhan ayam dan sebaliknya dengan adanya suplementasi 0,20 % probiotik dalam ransum berprotein rendah, pertumbuhan ayam meningkat dibandingkan dengan kontrol (Ramia dan Bidura, 2000). Bidura dan Candraasih (2001) menyatakan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum berprotein rendah secara nyata menurunkan jumlah lemak subkutan termasuk kulit dibandingkan dengan kontrol pada itik Bali jantan umur 8 minggu.
APAKAH MANUSIA MEMBUTUHKAN PROBIOTIK JUGA ?
Saluran cerna manusia, terutama usus besar, dihuni lebih dari 500 spesies bakteri baik dan jahat dalam jumlah triliunan. Berbagai jenis bakteri tersebut ada di dalam tubuh manusia akibat tempat hidup manusia atau lingkungan memang tidak steril. Masalah akan timbul apabila bakteri jahat jumlahnya berlebihan. Itulah sebab dibutuhkan bakteri baik dalam tubuh untuk menyeimbangkannya.
Jumlah bakteri baik dan jahat yang tidak seimbang dalam usus bisa diakibatkan oleh banyak hal, misalnya stres, penyakit, atau penggunaan antibiotik dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan seperti sariawan, perut kembung, sembelit, diare, dan lainnya.
Biasanya, agar tubuh tetap sehat, disarankan agar jumlah bakteri baik dalam tubuh jumlahnya lebih banyak dibandingkan bakteri jahat, sehingga populasi bakteri yang menguntungkan lebih dominan dibandingkan bakteri yang merugikan.
Salah satu cara mengupayakannya adalah menambah jumlah bakteri baik dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung probiotik. Sumber probiotik bisa diperoleh dari susu fermentasi (yogurt), keju, susu sapi, jus, dan susu bayi. Probiotik umumnya dijumpai dalam kemasan tablet, kapsul, maupun serbuk.
Amankah jika berlebihan?
Tentu saja aman, dan tak perlu cemas sebab jika kelebihan probiotik maka secara otomatis ia akan dikeluarkan oleh tubuh melalui kotoran.
Mengapa kita butuh probiotik ?
Dosen patofisiologi, dr. M. Juffrie, Sp.A K., Ph.D (bagian ilmu kesehatan anak FK UGM) menganalogikan tubuh sebagai sebuah pohon. Pohon ini memiliki akar, batang, daun, dan buah. Pastinya, ia juga harus memiliki akar yang kuat dan sehat untuk dapat menyerap unsur hara dalam tanah. Akar ibarat saluran pencernaan yang juga harus dijaga.
Di dalam saluran penceranaan kita, terdapat 100 triliun sel bakteri dan lebih dari 500 macamnya. Artinya, terdapat 105-107 sel bakteri per gram-nya. Secara garis besar, bakteri ini dikelompokkan menjadi bakteri baik dan bakteri jahat. Bakteri baik misalnya: Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus. Sementara bakteri jahat contohnya: Escheriachia coli, Clostridium perfringence, Salmonella, dan Staphilococcus. Jumlah bakteri baik di dalam saluran cerna kita ini harus dijaga agar kesehatan saluran cerna berada dalam keadaan optinal.
Tentunya bakteri yang termasuk probiotik harus memenuhi sejumlah kondisi sebagai berikut:
1.      Tahan hidup di saluran cerna setelah dikonsumsi: Tahan terhadap lisozim, asam lambung dan asam empedu.
2.      Menjaga keseimbangan bakteri di dalam usus dengan memproduksi hasil metabolisme, kompetitif perlekatan pada reseptor epitel. Hasil metabolisme probiotik: asam laktat, H2O2, bakteriosin, laktase, bile salt hydrolase, dan peptidoglycan.
Bakteri yang termasuk Probiotik :
Genera Lactobacillus:
L. acidophilus, L. bulgaricus, L. lactis, L. casei, L. rhamnosus, L. plantarum, L. helveticus
Genera Bifidobacterium:
B. longum, B. breve, B. bifidus, B. lactis, B. substilis, B. infantis
Genera Strptococcus:
S. thermophillus
Manfaat probiotik
Walaupun tidak begitu tenar, menurut Wood (1992), probiotik yang berisi milyaran mikroba ini memiliki 5 manfaat, yaitu:
1. Melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogen
  • Probiotik menghasilkan H2O2 dan bakteriosin sebagai bakterisida atau anti mikroba bagi bakteri jahat.
  • Probiotik juga melekatkan diri pada reseptor sel epitel usus sehingga bakteri patogen tidak bisa melekat (karena     perlekatan dengan bakteri patogen dapat menyebabkan infeksi).
2. Menurunkan kasus kanker kolon
Probiotik menurunkan kasus kanker kolon dengan metode:
  • Penghambatan sel kanker
  • Penghambatan terhadap bakteri yg memproduksi b-glucosidase, b-glucuronidase, dan azoreductase yg mengkatalisa konversi prokarsinogen mjd proksimal karsinogen
  • Destruksi karsinogen spt nitrosamin dan menurunkan aktivitas nitroreductase
  • menyerap senyawa karsinogenik daging panggang dengan mengeluarkan peptidoglycan.
3. Menurunkan kasus gangguan intestin – diare dan konstipasi
Diare karena bakteri patogen (Salmonella) dan rotavirus mrpk problem di semua negara. Bahkan angka kematian pd bayi karena diare mencapai 30%. Probiotik yg digunakan umumnya L. rhamnosus GG dan B. Longum. Juga disarankan treatment diare dgn antibiotik, harus diikuti dgn pemberian probiotik.
4. Menurunkan kolesterol dalam serum
Mekanisme:
a. Penghambatan sintesa kolesterol
  • Probiotik menghasilkan enzim BSH (bile salt hydrolase) yang dapat membantu menurunkan kolesterol.
  • Probiotik menghasilkan metabolit yg dpt menghambat sintesa kolesterol di hati, yaitu HMG CoA
b. Pengikatan kolesterol dengan melakukan asimilasi kolesterol di saluran pencernaan
5. Menurunkan alergi terhadap susu
Apabila kadar Enzim ?-galaktosidase kurang, maka kita terkena diare. Probiotik dapat menurunkan kadar laktosa pada susu dengan mengeluarkan enzim laktase (mencerna laktosa menjadi monosakarida).

SUMBER / DAFTAR PUSTAKA
http://geasy.wordpress.com/2007/08/06/probiotik/



Take Home ILMU MAKANAN TERNAK


1. criteria rumput potongan adalah :
Ø  produksi persatuan luas cukup tinggi.
Ø  tumbuh tinggi secara vertical.
Ø  Banyak anakan dan responsive terhadap pemupukan
Ø  Tidak tahan renggutan dan injakan
Contoh rumput yang termasuk rumput potongan antara lain : pennisetum purpurium, pannicum maximum, euchlaena mexicana, setaria spacelata, panicum coloratum dan sudan grass.

2. criteria rumput gembala adalah :
Ø  Tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon.
Ø  Tahan renggut dan injak, maka rumput tersebut harus memiliki perakaran yang kuat dan dalam.
Ø  Tahan kekeringan
Ø  Produksi persatuan luas rendah.
Contoh rumput yang termasuk rumput gembala adalah : brachiaria brizanta, brachiaria ruziziensis, brachiaria mutica, paspalum dilatatum, digitaria decumbens, chloris gayana dan African star grass (cynodon plectostachyrus).

3. factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas hijauan tanaman makanan ternak .
            Ada dua factor yang mempengaruhi yaitu :
Ø  Factor genetic.
Faktor genetik adalah merupakan faktor bawaan dari hijauan tersebut. Contohnya adalah legume dapat menambahkan nitrogen kedalam tanah, tetapi gramine tidak dapat melakukan hal tersebut.
Ø  Factor lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting. Mutu yang ada pada setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetik, hanya mungkin bisa di pertahankan atau ditingkatkan apabila factor lingkungan memadai.
Adapun beberapa factor lingkungan yang mempengaruhi mutu hijauan adalah :
ü  Keadaan tanah atau daerah.
Produktivitas hijauan makanan ternak, pada setiap tempat akan berbeda menurut daerah atau jenis tanahnya. Hal ii masing-masing dipengaruhi oleh subur tidaknya tanah, kaya tidaknya unsure hara yang terdapat didalam tanah. Semakin tanah kaya akan unsur hara, semakin hijauan akan menjadi subur.
ü  Iklim
Iklim bisa menentukan jumlah serta mutu hijauan makanan ternak. Di daerah basah, tanaman hijauan dewasa cepat menjadi mundur mutunya, kadar air hijauan terlalu tinggi. Dan pada daerah kering kadar serat kasar hiauan sangat tinggi, kandungan air tanaman rendah.
ü  Perlakuan manusia (management)
Perlakuan yang dimaksud disin ialah menyangkut pengaturan pemotongan serta cara-cara pengelolaan yang baik dan teratur.


4. Perbedaan dari segi agronomis dan nilai nutrisi antara tanaman leguminosa dengan graminae.
Ø  Segi agronomis
ü  Tanaman leguminosa Mampu memperbaiki unsur N dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk mengikat N dari udara oleh bakteri yang terdapat dalam bintil-bintil akar, sedangkan tanaman graminneae tidak mampu melakukan hal seperti itu.
ü  Tanaman leguminosa di daerah tropis dimana kelembaban rendah dapat tumbuh dengan baik karena perakarannya yang dalam , sedangkan tanaman gramineae tidak mampu tumbuh kembang dengan baik.
Ø  Segi nilai gizinya
ü  Dilihat dari segi nilai gizi tanaman leguminosa memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan protein dan kadar mineralnya, sedangakan tanaman gramineae sangat rendah kandungan proteinnya tetapi tinggi kandungan serat kasarnya, dan hanya ternak ruminansia saja yang mampu mengkonsumsi serat kasar dalam jumlah besar.

5. companion cropping adalah penanaman tanaman yang berbeda dalam suatu area lahan pertanian, yang biasa di tanam adalah tanaman gramineae dengan tanaman leguminosa. Pada teori bahwa mereka saling membantu dalam serapan unsure hara, pengendaian hama, penyerbukan dan factor lain yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas tanaman.

6.  pemilihan bibit.
            Pada umumnya jenis hijauan adaptasinya terhadap jenis tanah atau lingkungan lebih luas dan mudah bila dibandingkan dengan tanaman pangan. Walaupun demikian kenyataannya , sebelum menentukan untuk memilih suatu bibit yang akan ditanam hendaknya mempertimbangkan beberapa factor yaitu :
ü  Apakah bibit sesuai dengan lingkunagan setempat.
ü  Apakah bibit tersebut mudah dikembangkan dan dikelola.
ü  Apakah bibit tersebut bias memberikan produksi yang lebih tinggi.

7. perencanaan pengelolaan makanan ternak.
            a. tujuan dari pengelolaan.
                        Tujuan dari pengelolan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas mutu maupun jumlah hijauan makanan ternak sehingga kebutuhan akan hiajauan dapat terpenuhi.
           
b. pemilihan lokasi
                        Di dalam menetukan tempat atau lokasi hendak dipakai sebagai areal penanaman hijauan, baik sebagai produksi potongan atau pun pengembalaan, perlu dipertimbangkan factor-faktor kesuburan tanah dan iklim, topografi yang berkenaan dengan pemupukan, komukasi serta sumber air.
            c. pengolahan lahan
Ø  Maksud pengolahan lahan
Pengolahan lahan bermaksud untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tanaman. Sebab tanah yang diolah secara sempurna berarti :
ü  Membersihkan tanah dari tumbuhan liar atau pengganggu.
ü  Menjamin perkembangan system perakaran yang sempurna.
ü  Memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban
ü  Memperbaiki kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air tanah.
Ø  Saat pengolahan lahan
Saat pengolahan lahan yang baiak adalah sesaat sebelum musim penghujan tiba. Sehingga pada awal musim penghujan dapat langsung dilakukan penanaman.
Ø  Tahap-tahap pengolahan lahan
Tahap-tahap pengolahan lahan yang baik meliputi land-clering, pembajakan dan penggaruan. Namun hal ini kesemuannya tergantung pula kepada kondisi tanah setempat, jenis tanaman yang hendak ditanam, serta bahan penanaman yang dipergunakan.
            d. pembibitan dan pemilihan bibit.
untuk memilih suatu bibit yang akan ditanam hendaknya mempertimbangkan beberapa factor yaitu :
ü  Apakah bibit sesuai dengan lingkunagan setempat.
ü  Apakah bibit tersebut mudah dikembangkan dan dikelola.
ü  Apakah bibit tersebut bisa memberikan produksi yang lebih tinggi
e. penanaman (sistem penanaman , jarak tanam, dll)
Ø  System penanaman
System penanaman yang akan dilakukan adalah dengan system companion cropping (legume sebagai tanaman sela hijauan pakan).
Ø  Bahan penanaman.
Bahan penanaman yang akan digunakan adalah dengan menggunakan bahan penanaman biji.
Ø  Jarak tanam
Jarak tanam adalah berkisar antara 10-20 cm.
f. pemeliharaan (penyiangan, pemupukan)
            hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan adalah :
Ø  Penyiangan
Penyiangan adalah melakukan pemberantasan jenis-jenis rumput liar ataupun tumbuhan lainnya yang mengganggu tanaman pokok.
Cara melakukan penyiangan :
ü  Mekanis
Penyiangan yang dilakukan dengan cara mencangkul untuk membongkar tanaman liar.
ü  Biologis
Penyiangan yang dilkuakan dengan cara memperbaiki keadaan tanah. Biasanya tanah ditanami dengan pupuk hijau, seperti : centro, colopagenium mucunoides , dll.
ü  Kimiawi
Penyiangan dengan menggunakan obat-obat herbisida.
Ø  Pemupukan
Pemupukan dapat menggunakan pupuk organic ataupun anorganik tergantung kemauan kita sebagai pengelolanya.
Untuk bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui :
ü  Unsure hara dalam tanah
ü  pH tanah
ü  tekstur tanah
ü  sifat tanah
beberapa cara pemupukan yang akan digunakan adalah :
ü  disebar rata di permukaan tanah
ü  ditanam dalam baris-baris, kemudian ditimbuni tanah
ü  dibenam dalam lubang-lubang disekitar tanam.
g. defoliasi (pemotongan/ pemanenan)
            untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal, yang sehat dan kandungan gizi, defoliasi dilakukan pada periode tertentu, yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Defolasi dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan, dan 60 hari sekali dimusim kemarau.

            f. penyimpanan (segar atau kering)
                        penyimpanan hiajuan dilakukan denga penyimpanan kering yaitu dengan cara memperlakukan hiajuan sebagai hay ataupun selase.

8.  terdapat beberapa metode perkembang biakan tanaman makanan ternak yaitu :
Ø  Perkembang biakan dengan penanaman biji.
Adalah suatu metode perkembang biakan tanaman makanan ternak yang menggunakan biji sebagai bahan penanamannya, yang dapat dilkukan dengan dua cara, yakni larikan dan disebar.
Contoh tanaman yang perkembang biakannya dengan biji :
ü  Pannicum maximum (gramineae)
ü  Centrosema pubescen ( legume)
Ø  Perkembang biakan dengan penanaman pols
Adalah suatu metode perkembang biakan tanaman makanan ternak yang menggunakan sobekan rumpun sebagai bahan penanamannya.
Tanaman rumput yang ditanam dengan bahan pols, bagian vegetatifnya harus dipotong. Hal ini dimaksudkan untuk agar tanaman baru ini tidak terlampau banyak penguapan, sebelum system perakarannya bias aktif mengisap air.
                                    Contoh tanaman yang perkembang biakannya dengan pols :
ü  Panicum coloradum (gramineae)
ü  Stylosanthes guyanensis (legume)
Ø  Perkembang biakan dengan penanaman stek dan stolon
Adalah suatu metode perkembang biakan tanaman makanan ternak yang menggunakan potongan batang (stek) dan potongan batang yang merayap atau batang yang berimpit dengan tanah (stolon) sebagai bahan penanamannya.
Contoh tanaman yang perkembang biakannya dengan stek dan stolon :
ü  Pennisetum purpureum (gramineae)
ü  Kolonjono (gramineae)
ü  Peuraria phaseoloides ( legume)