Mengenai Saya

Jumat, 10 Februari 2012

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL PENELITIAN

                   INVENTARISASI  HIJAUAN PAKAN KUDA CIDOMO DAN KANDUNGAN
NUTRISINYA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

 
Oleh :
RYAN ARYADIN PUTRA
B1B.008.026

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
JURUSAN ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Kuda (Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai hewan piaraan, hewan olah raga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan, dan ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia (Wikipedia, 2012)
            Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan. Angka pemotongan kuda sebagai sumber daging di Indonesia cukup tinggi. Penurunan populasi kuda ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di Amerika Serikat sampai tahun 1960 juga mengalami penurunan populasi kuda, karena terjadi mekanisasi dalam bidang transportasi dan pertanian. Kemudian populasi kuda mengalami  kenaikan setelah terjadi peningkatan kegiatan olahraga dan rekreasi menggunakan kuda (Cunha, 1991). Peranan kuda di masyarakat antara lain sebagai sumber pangan, alat transportasi, olah raga atau rekrasi, untuk pertanian, dan untuk perang. Dua dari tiga peranan utama kuda masih sangat jelas di masyarakat Lombok Barat. Hal ini ditunjukkan oleh  banyaknya jumlah Cidomo sebagai alat transportasi. Di beberapa kecamatan yang berada wilayah Lombok Barat  kuda masih merupakan alat transportasi yang cukup penting. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) Populasi ternak kuda di Lombok barat Barat masih relatif tinggi. Jumlah populasi kuda untuk wilayah Lombok Barat yaitu 4.950 ekor (2006), 5.152 ekor (2007), 4.886 ekor (2008), 3.985 ekor (2009) dan 4.225 ekor (2010).
Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia grup colon fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Pakan yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak ruminansia (Cheeke, 1999). Kuda sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda (Gibbs dan Davidson, 1992). Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay et al., 2002).
            Sedangkan di Indonesia, informasi tentang jenis, nilai nutrisi dan penggunaan hijauan sebagai pakan kuda sangat terbatas. Bahkan Parakkasi (1988) menyatakan bahwa di Indonesia dan daerah tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya, terutama untuk pakan kuda. Hal ini bisa disebabkan masih kurangnya eksplorasi dan identifikasi sumberdaya genetik (Plasma Nutfah) hijauan yang ada. Padahal untuk mengembangkan peternakan yang mempunyai dayasaing diperlukan pemanfaatan sumberdaya lokal yang mempunyai nilai lebih. Salah satunya adalah pemanfaatan hijauan yang mempunyai kualitas nutrisi yang baik dan telah beradaptasi dengan kondisi iklim setempat. Menurut Chambliss dan Jhonson (2002) yang penting dalam pengembangan hijauan pakan kuda perlu mempertimbangkan adaptasi tanaman terhadap kondisi tanah dan iklim.  Informasi tentang jenis hijauan lokal Indonesia dan kandungan nutrisinya yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan kuda hampir belum ada. Hal ini yang mendorong dilakukan penelitian ini, sebagai suatu usaha penambahan ilmu pengetahuan dalam pengembangan peternakan yang berbasis pada sumberdaya lokal.
1.2. Perumusan Masalah
            Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Belum adanya data mengenai jenis pakan (hijauan dan konsentrat) dari pakan yang diberikan kepada kuda penarik cidomo.
2.      Minimnya data dari komposisi Kimia (Khusus Ca dan P) dari hijauan yang digunakan sebagai pakan kuda penarik cidomo di kab. Lombok barat.
1.3. Tujuan dan kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dirancang guna memenuhi berbagai tujuan, yaitu :
            Mengetahui jenis, komposisi kimia (khususnya Ca dan P)  dari hijauan yang digunakan sebagai pakan kuda cidomo di kab. Lombok Barat dan Kota Mataram.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini (baik data primer maupun sekunder) diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat  terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kuda
            Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga dimasukan dalam ordo perissodactyl. Dalam hal kekerabatan kuda memiliki kesatuan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan satu dari hewana modern paling sukses dari genus Equus, hal tersebut dikarenakan kemampuannya dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi yang sangat baik (Anonim, 2011a).
2.2. Klasifikasi
            Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar. Kuda domestikasi (Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar (Equus ferus Caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd, 1985)
            Klasifikasi kuda domestikasi dan kuda liar secara ilmiah berdasarkan aturan penamaan linaeus (1785) yaitu : kingdom Animalia, kelas Mamalia, ordo Perrissocdactyla, family Equidae, genus Equus, spesies Equus caballus untuk kuda domestic dan Equus ferus Caballus untuk kuda liar.
            Pengelompokan kuda kemudian berkembang pesat berdasarkan berbagai hal seperti kemampuan dalam beraktivitas yaitu cold Blood, Hot blood dan warm blood, berdasarkan ukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies (kacker, 1996), jenis aktifitas seperti work horses dan sport horses, asal daerah seperti kuda arab, kuda eropa, kuda asia, dan kuda amerika. Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed, yaitu kuda yang dikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilakn kuda jenis baru yang berkualitas baik. Breed yang terkenal antara lain Arab, Throughbred, Anglo-arab dan Shire (Kidd 1985 dan Drummond 1988).
            Begitu banyak jenis kuda di dunia , kuda arab dapat dianggap sebagai cikal bakal berbagai jenis kuda di dunia. Menurut keterangan marco polo saat berkunjung ke India tahun 1290. Para sultan di india telah menyebarluaskan kuda arab ke berbagai Negara lain di asia. Salah satu caranya adalah melalui hadiah perkawinan. Melalui ekspansi tentara arab ke berbagai penjuru Negara pada awal abad pertengahan, maka kuda arab menyebar ke berbagi penjuru dunia. Kuda arab tersebut kemudian dikawin silangkan dengan kuda lokal di daerah masing-masing Negara. Sampai saat ini telah dikenal lima ekor kuda pejantan arab yang terkemuka, masing-masing bernama the byerley Turk (1684), The Leeds Arabian (1965), the dardley Arabian (1700), the alcock Arabian (1704), dan the godolphin arabian (1730). Nama dari kuda pejantan ini akan kita temukan pada silsilah keturunan kuda jenis Throughbred yang tersebar di seluruh dunia (Soehardjono, 1990).

2.3. Kuda Indonesia
Kuda yang terdapat di wilayah asia tenggara termasuk ke dalam ras timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda dengan kuda ras eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda mongol. Kuda mongol diperkirakan merupakan keturunan jenis kuda przewalski yang ditemukan tahun 1879 di asia tengah (Soehardjono, 1990).
Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia memiliki ukuran tubuh yang tidaklah terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13 m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah beriklim tropis (Soehardjono, 1990). Dari ukuran tersebut maka kuda Indonesia termasuk kedalam jenis kuda poni.
Menurut Soehardjono (1990) terdapat dua jenis ras kuda local di Indonesia. Jenis pertama dikenal dengan nama kuda batak dan jenis kedua dikenal dengan nama kuda sandel (Sandel Wood) atau kuda timur. Kedua jenis kuda poni ini memiliki ukuran yang sama yaitu antara 114-123 cm. kedua jenis kuda ini memiliki kesamaan pada warna maupun bentuk. Umumnya keduanya berwarna coklat, coklat tua, sampai kemerahan dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah berwarna hitam. Bagian kepala berukuran agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Bagian kakinya berbentuk langsing dan berbulu pada bagian persendian.
Di Indonesia kuda digunakan sebagai hewan transportasi, bahkan di beberapa daerah di  pulau jawa kuda digunakan untuk menarik kereta yang biasa disebut sebagai Delman. Delman sendiri di definisiakan sebagai kereta yang dapat diisi/dinaiki 4-5 orang dan ditarik oleh satu ekor kuda (Anonim, 2010b)
2.4. Manajemen Pakan
Manajemen pakan kuda berbeda dengan manajemen ternak domestik yang lain. Hal utama yang menyebabkan hal tersebut adalah karena perbedaan anatomi dan fisiologi saluran pencernaan, pencernaan kuda termasuk kedalam pencernaan monogastrik (lambung tunggal). Selain kuda merupakan hewan yang dapat mencerna dan mengfermentasi sisa pakan pada saluran pencernaan bagian belakangnya (sekum). Dengan keunikannya itulah maka kuda mencerna dengan efisien baik pakan serat maupun konsentrat. Namun keunikan ini harus di tunjang pula dengan manajemen pakan yang baik (Anonim, 2011c).
2.5. Jenis Pakan
Pakan kuda di bagi menjadi 2 kategori yaitu serat atau bahan kasar dan konsentrat (Goncalves 2002 et al. dan Kacker 1996 ). Sumber serat utama bagi kuda adalah rumput. Biasanya rumput di berikan dalam bentuk kering (hay), sehingga kadar airnya rendah. Rumput kering yang biasa diberikan pada kuda adalah Timothy, Brome dan rumput Orchade (Syefrizal, 2008).
Serat merupakan bagian penting dalam susunan pakan kuda karena kesehatan saluran cerna sangat di pengaruhi oleh keberadaan serat dalam pakan. Serat mengandung bahan kasar dan membantu dalam proses transportasi dan pemecahan bahan konsentrat sehingga serat merupakan sumber penting dalam nutrisi. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis sumber serat yang di gunakan sebagai pakan kuda, antara lain rumput panicum muticum dan braccaria mutica (Soehardjono, 1990).
Konsentrat adalah pakan yang mengandung unsur protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dapat di berikan dalam jumlah sedikit. Contoh konsentrat ynag di gunakan sebagai pakan kuda di Indonesia antara lain adalah, bungkil kedelai, kacang hijau, gabah dan dedak. Pemberian kedua jenis pakan ini haruslah seimbang dan sangat tergantung pada berbagai faktor, seperti usia kuda, jenis pekerjaan dan berbagai kondisi lain. Jumlah pakan  dan waktu pakan kuda yang berubah tiba-tiba, dapat menyebabkan perubahan motilitas usus pencernaan kuda dan perubahan aliran darah. Hal tersebut sangat berbahaya bagi kuda karena dapat menyebabkan terjadinya kolik (Hamer 1993 dan soehardjono 1990).
2.6. Hijauan
Kandungan gizi pakan ternak sangat sangat tergantung pada bahan hijauan yang diberikan. Hijauan yang diberikan berupa rumput alam dan rumput lapangan, rumput tanam (rumput unggul), hijauan kacang-kacangan (kaliandra, lamtoro, gamal, turi, dll), dan hijauan limbah pertanian (batang ubi jalar, jerami padi, jerami kacang-kacangan, dll). Kandungan protein hijauan kacang-kacangan sebesar 21%, rumput lapangan dan rumput unggul sebesar 10,20% (Rukmana, 2005), sedangkan hijauan limbah pertanian (jerami padi) kandungan proteinnya sebesar 3,6% (Komar, 1984)
Beberapa hijauan atau tanaman pakan kuda subtropik yang mempunyai kualitas baik, yang telah dikenal golongan rumput: Bahia (Paspalum notatum, Flügge), Bermuda (Cynodon dactylon (L.) Pers.), Digitaria (Digitaria decumbens, Stent), Ryegrass (Lolium perenne L.), Pearlmillet (Pennisetum americanum(L.) Leeke); golongan biji-bijian: Rye (Lolium multiflorum, Lam.), Wheat (Agropyron sp.) Oats (Avena sp), Triticale: dan legum: Rhizome peanut (Arachis sp), Alfalfa (Medicago sativa L), Alyceclover (Alysicarpus vaginalis), Crimson (Trifolium incarnatum L.), Redclover (Trifolium pratense) (Chambliss dan Jhonson, 2002) dan masih banyak yang lainnya seperti rumput Matua yang sangat baik pada saat kehamilan dan masa laktasi (Guay et al., 2002).
2.7. Frekuensi Pemberian pakan
            Seekor kuda di alam liar akan terus merumput sepanjang hari, hal tersebut disebabkan kemampuan mencerna kuda yang terbatas. Jumlah pakan yang terlalu banyak dalam satu kali pemberian akan menyebabkan proses pencernaan pakan menjadi tidak efektif dan efisien. Pakan yang tidak tercerna akan terbuang percuma melalui feses, sehingga pakan kuda harus diberikan dalam jumlah yang tepat dengan frekuensi yang sering. Jika memungkinkan, pakan kasar dan berserat seharusnya tersedia secara ad libitum dalam kandang kuda agar dapat mengganti energinya yang hilang setelah melakukan berbagai aktifitasnya sepanjang hari. Jumlah pakan yang sedikit dengan frekuensi yang sering akan membuat sistim pencernaan kuda bekerja dengan baik. Frekuensi pemberian pakan kuda kompetisi setidaknya 4 sampai 5 kali sehari sedangkan untuk kuda biasa pemberian pakan minimal 2 kali sehari (Drummond 1988 dan McBane 1994).

2.8. Jumlah Pakan
            Jumlah total pakan yang sebaiknya diberikan tiap hari pada kuda adalah 2,5 persen dari total berat tubuhnya (Hamer, 1993). Pemberian serat dan konsentrat haruslah seimbang sesuai dengan aktivitasnya. Kuda merupakan hewan ternak yang merumput sehingga kebutuhan akan serat wajib untuk dipenuhi untuk menjaga kesehatan saluran cernanya. Jumlah serat yang harus didapatkan kuda tiap hari adalah adalah seberat 0.75 kg/hari untuk tiap 50 kg berat badan (Syefrizal, 2008). Sedangkan Hamer (1993) jumlah minimum serat yang harus didapat seekor kuda per hari adalah 1 persen dari total berat tubuhnya.
            Jumlah pemberian konsentrat dalam satu waktu pemberian pakan, jumlahnya tidak boleh melebihi 0.5 persen dari total berat tubuh kuda. Alasannya adalah bahwa konsentrat yang terdiri dari gula dan zat tepung akan dicerna dan diserap di dalam usus halus, sehingga jika jumlahnya berlebih maka zat-zat tersebut akan menumpuk di sekum dan akan menyebabkan kuda mengalami kolik (Syefrizal, 2008).
            Menurut Drummond (1988) dan Hamer (1993) perhitungan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan yang seharusnya diberikan kepada kuda per hari dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah ideal pakan kuda perhari berdasarkan % BK.
Berat kuda                                                                                               = 500 kg
Total jumlah maksimum per hari                      = 2 % x 500 kg              = 10 kg
Jumlah minimum serat per hari                         = 1 % x 500 kg             = 5 kg
Jumlah maksimum konsentrat per hari             = 0.5 % x 500 kg           = 2.5 kg
Sumber (Drummond 1988; Hamer 1993)
            Kuda dengan berat 500 kg harus mendapat 10 kg pakan perharinya, yaitu setidaknya mendapatkan 5 kg serat dan jumlah konsentrat yang diberikan tidak lebih dari 2.5 kg. dari perhitungan tersebut maka frekuensi pemberian pakan adalah dua kali sehari, namun frekuensi yang lebih sering dengan jumlah yang lebih sedikit lebih dianjurkan.
2.9. Waktu Pemberian Pakan
Waktu pemberian pakan kuda yang tepat adalah saat tubuh kuda berada pada kondisi yang tenang dan rileks sehingga pencernaan dapat bekerja dengan baik. Jika yang menjadi acuan adalah aktivitas, maka waktu pemberian yang tepat adalah saat sebelum dan sesudah kuda melakukan aktivitas yaitu pada pagi , sore dan malam hari. Kuda tidak dapat mencerna pakan jika diberikan kerja bersamaan dengan waktu pakannya. Jadi lebih baik pakan diberikan setelah kuda melakukan kerja dengan jeda waktu beberapa saat (Drummond, 1988).
2.10.        Frekuensi Pemberian Minum
            Tubuh kuda setidaknya dari 65 sampai 75 persen air. Air berperan penting dalam semua proses metabolisme. Selain itu air juga dibutuhkan bagi proses fisiologi termasuk penggunaan saat mencerna nutrisi, regulasi suhu tubuh. Kontraksi otot, pelumasan sendi dan pembuangan zat-zat yang tidak diperlukan bagi tubuh. Atas kepentingan tersebut maka kuda harus aelalu mendapatkan air setiap harinya, sehingga air harus selalu tersedia secara ad libitum dalam kandang kuda.
            Kuda membutuhkan ketersediaan air yang berkualitas baik dan palatabel. Kebutuhan air kuda adalah 10 sampai 12 galon (45,5 – 54,6 liter) air perhari. Pemberian air harus sangat dibatasi saat kuda setelah melakukan pekerjaan dan aktivitas yang berat. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya minum yang berlebihan yang akan menyebabkan gangguan pada pencernaan dan gangguan metabolism tubuh lainnya (Anonim, 2011d).


BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
A.    Bahan-bahan penelitian
1.      Hijuan yang diberikan sebagai pakan kuda sebanyak 500 g, diambil dari setiap kandang kuda (Istal) secara proposional. Dikeringkan, setelah beratnyan konstan (kering udara) kemudian digiling dengan ukuran ayakan 0.01 mm, untuk keperluan analisa mineral (Ca dan P).
2.      Bahan kimia untuk analisa mineral (Ca dan P)
3.      Kuisioner untuk mengetahui informasi Manajemen Pemberian pakan oleh peternak/ pemilik kuda cidomo.
B.     Alat-alat Penelitian
1.      Timbangan dengan kapasitas 3 kg, merk (Wieghtarea) dengan kepekaan 1 gr, untuk menimbang sampel hijauan pakan yang diambil di istal dan untuk keperluan penimbangan sampel kering udara
2.      Timbangan Analitik dengan merk “ Ohaus Precision Standar” dengan kapasitas 400 gr dan ketelitian  0.001 gr, untuk menimbang sampel yang sudah digiling untuk bahan analisa mineral (Ca dan P)
3.      Amplop, digunakan untuk koleksi sampel yang siap dikeringkan
4.      Mesin penggiling/ Blender merk ”Philips” untuk menggiling sampel.
5.      Oven 60oC untuk mengeringkan sampel.
6.      Saringan , digunakan untuk menyaring sampel yang sudah diblender
7.      Sendok plastik kecil, untuk memasukan sampel kedalam plastik
8.      Mangkok plastic kecil, untuk koleksi sampel yang sudah diblender
9.      Seperangkat alat untuk analisa mineral.
10.  Plastik untuk membungkus sampel

Metode Penelitian
A.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kab. Lombok Barat , yaitu :
1.      Tiga kecamatan di Kab. Lombok Barat sebagai tempat pengambilan data (Survai) dan pengambilan sampel.
2.      Laboratorium Kimia Analitik FMIPA , Fakultas MIPA universitas mataram sebagai tempat penelitian Komposisi kimia (Ca dan P)
B.     Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap pelaksanaan, yaitu tahap survai (observasi) sekaligus pengambilan sampel dan tahap Analisa sampel (identifikasi dan komposisi kimia).
1.      Penelitian Tahap Survai dan pengambilan sampel.
a.       Pengumpulan data primer, meliputi:
1.      Wawancara dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada peternak/pemilik kuda cidomo dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan data secara lengkap.
2.       Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel adalah Stratified Random Sampling.
3.      Contoh diambil dari setiap Kecamatan diambil secara Acak Sederhana sehingga setiap peternak/pemilik kuda cidomo mempunyai peluang yang sama
4.      Pengambilan sampel secara proposional di istal (kandang kuda) milik responden. Hijauan yang diambil diasumsikan mempunyai pengelolaan yang sama (umur pemotongan, tinggi pemotongan, dan kondisi kesuburan tanah).
b.      Pengumpulan data Sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti dinas peternakan, kantor Kecamatan dan balai penyuluhan pertanian.

2.      Penelitian tahap Analisa sampel
a. Identifikasi jenis hijauan
Sampel yang diperoleh dari istal (kandang kuda) milik responden di pilah-pilah dengan tujuan untuk membedakan antara jenis legume dan gramineae kemudian di identifikasi secara klasifikasi ilmiah.
b. Analisa Komposisi Kimia
     Dalam penelitian ini sampel hijauan pakan kuda yang sudah dikeringkan dan digiling, kemudian di analisis komposisi kimianya di Laboratorium analitik, meliputi Bahan kering, bahan organik dan mineral (Fraksi Ca dan P).



1. Penentuan Bahan Kering Sampel
Dilaksanakan dengan cara mengoven sampel yang sudah digiling sebanyak 1.5 gr. Kemudian di oven pada suhu 1050C selama 12 jam.
2. Penentuan Bahan Organik Sampel
Dilaksanakan dengan cara memanaskan atau membakar sampel dalam tanur pada suhu 400-6000C selama 4-6 jam hingga semua bahan organic tidak ada yang tersisa yang ditandai dengan terbentuknya abu yang berwarna putih.
3.      Penentuan Mineral Fraksi Ca dan P

C.    Variabel Yang Diamati
Variabel-variabel yang diukur adalah:
1.      Jenis hijauan dan legume yang diberikan sebagai pakan kuda cidomo
2.      Data primer komposisi kimia hijauan pakan kuda cidomo, Meliputi Bahan kering (BK), Bahan Organik (BO), dan kandungan mineralnya (Ca dan P)
3.      Data sekunder mengenai jumlah populasi kuda cidomo.

D.    Analisis Data
Penelitian ini bersifat Deskriptif dan Analisa data yang digunakan juga secara deskriptif yaitu menghitung nilai rata-rata (Mean).



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kelas Kuda. http://dunia kuda.blogspot.com. (29 november 2011)
Anonim, 2011a. Horse. http://en.wikipedia.org/wiki/Horse (01 Desember 2011)
Anonim. 2011b. Dari Kota Delman, Bemo dan Kota Angkot. http://www.bogornews.com (02 desember 2011)
Anonim.2011c. Nutrients and Common Feed Sources for Horse. http://www.extension.org/pages/Nutriens_and_common_feed sources_for_horse. (01 desember 2011)
Anonim, 2011d. Feeding Management for Horse Owner. http://www.ag.ndsu.edu/pubs/ansci/horse/as953w.htm (01 desember 2011)
Chambliss, C. G. and E. L. Jhonson. 2002. Pastures and Forages Crops for Horses. In: C.G. Chambliss (Ed.). Florida Forage Handbook. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.
Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and  Feeding.  Second  edition.  Prentice  Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Cunha, T. J., 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press Inc. San Diego. California.
Gibbs, P. G. and K. E. Davison. 1992. Nutritional Management of Pregnant and Lactating Mares. Texas Agricultural Extension Service. Bull. No. 5025. Texas A&M University, College Station.
Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B Wester, L. A. Janecka and N. L. Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In Gestation and Lactation. J. Anim. Sci. 80: 2960 - 2966
Hamer. D. 1993. Understanding Fitnes and Training. Ward Lock. London
Hamer. D. 1993. Care of the Stable Horse. B.T. Batsford Ltd. London
Kacker, R, Panwar B. 1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas publishing House. New Delhi
Kidd, J. 1985. International Encyclopedia of Horse Breed. HPBooks Inc. London
Komar, A. 1984. Teknologi pengolahan Pengolahan Jerami sebagai bahan Makanan Ternak. Bandung: Dian Grahita
McBane. S. 1994. Modern Stable Management. Ward Lock. London
Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik Vol IB. UI Press.
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius: Yogyakarta.
Soeharjono. O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equistian Centre. Jakarta
Syefrizal. 2008. Perawatan Kuda. http://duniakuda.blogspot.com

1 komentar:

  1. CASINO STREAMS ONLINE | JT-JH Hub
    Welcome to JT-JH. Get 군포 출장안마 started at JT-JH! Play slots, table 문경 출장샵 games, live entertainment and more. Experience the excitement of 전주 출장마사지 casino gaming 군포 출장샵 and enjoy 순천 출장샵 the

    BalasHapus