Mengenai Saya

Jumat, 10 Februari 2012

Laporan Praktikum Biji benih Makanan Ternak


LAPORAN BIJI/BENIH MAKANAN TERNAK
Presented by Ryan Aryadin Putra
B1B 008.026

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya. Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. Pada kesempatan ini yang akan dipelajari metode uni daya kecambah (SGT), uji kecepatan berkecambah (IVT), Kondisi lingkungan perkecambahan pada semua metode ini adalah optimum.
Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum
1.       Mahasiswa mampu melaksanakan pengujian viabilitas dan vigor benih terutama benih  tanaman pangan dan pakan ternak
2.      Mahasiswa mengetahi criteria kecambah normal dan abnormal
Kegunaan praktikum
1.      Mahasiswa dapat melakukan dan mengetahui viabilitas dan vigor dari benih yang dijadikan sebagai bahan praktikum
2.      Mahasiswa dapat mengetahui criteria kecambah yang dapat tumbuh normal dan tidak normal.


TINJAUAN PUSTAKA
Biji
Biji adalah ovule yang dewasa.Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil.Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: (1).Embryo,(2).Kulit biji (Seed coat atau testa).Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac.Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule.Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji.Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu,penyakit dan sentuhan mekanis. Setiap biji yang sanmgat muda dan sedang tumbuh, selalu terdri atas tiga bagian yaitu: (1) Embryo,(2) Kulit buji (seed coat),(3) Endosperm.Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan (storage tissue) yang mana diserap oleh embryo sebelum atau selama perkecambahan biji dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda.Hubungan dalam struktur reproduktif dari fase bunga sampai menjadi buah atau biji masak yaitu: Ovule menjadi biji, ovari menjadi buah, ovari wall menjadi pericarp (2n), nucellus menjadi perisperm (2n), integument menjadi testa atau seed coat, 2 polar nuclei + sperm nucleus menjadi endosperm (3n), Egg nucleus + sperm nucleus menjadi zigote-embryo (2n),embryo sac akan lenyap, micropyl menjadi micropyle, funiculus menjadi hilum, funiculus + integumen menjadi raphae.Pada legumes(kacang-kacangan),biji mempunyai 2 cotiledon tanpa endosperm.Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo.Embryo ini terdiri atas bagian-bagian: (1) 2 cotyledon atau daun biji,(2) biasanya 2 helai daun kecil sekitar titik tumbuh,(3) hypocotyl,(4) radicle.Makanan cadangan yang terdapat dalam biji dapat dalam bentuk: (a).karbohidrat,terutama dalam bentuk tepung, hemiselulose,gula, (b) lemak atau minyak dan (c) protein (Jurnalis Kamil, 1979).
            Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai bahan tanaman. Secara fungsional dalam memenuhi kepentingan budidaya. Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sjamsoed Saudjad, 1993).
            Biji bukan objek pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanamharus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih (Wahyu Qamara Munisjah, dkk, 1991)
Bibit / Benih  
Bibit adalah tumbuhan muda yang makanannya tergantung kepada persediaan bahan makanan yang terdapat dalam biji.Pada kondisi yang menguntungkan, suatu biji akan berkecambah. Apabila biji tersebut dikecambahkan pada medium tanah maka akan terjadi suetu peristiwa dimana bibit muncul di atas pemukaan tanah peristiwa ini di sebut:Emergence of seedlings yang selanjutnya akan diikuti dengan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa.Berdasarkan letak cotiledon, dapat dibedakan 2 tipe bibit yaitu: (1) Bibit tipe epigeal yakni bibit dimana cotiledonnya terangkat di atas permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya.Terangkatnya cotiledon ini ke atas permukaan tanah disebabkan oleh pertumbuhan dan perpanjangan hypocotil, sedangkan ujung arah kebawah sudah tertambat ke tanah dengan akar-akar lateral.Hypocotil membengkok dan bergeser ke arah permukaan tanah kemudian menembus dengan merekahnya lalu mulcul dipermukaan tanah.Pada proses ini cotiledon berfungsi sebai pelindung plumule dari kerusakan yang disebabkan pergeseran dengan tanah.Bibit tipe epigeal ini umumnya terdapat pada dicots seperti beam,alfalfa,clovers, kacang kedelai,kacang tanah yang termasuk legume.Pada kacang-kacangan sebagian makanan cadangan di dalam cotiledondi pakai oleh akar yang sedang tumbuh tetapi sebagian besar masih tinggal di dalam cotiledon walaupun ia sudah terngkat di atas permukaan tanah.Sementara itu pertumbuhan plumule berlangsung lebih aktif dan membentuk helaian daun yang sebenarnya.(2) Bibit tipe hypogeal yakni bibit di mana cotiledonnya tetap itnggal dalam permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya.Bibit tipe hypogeal ini dijumpai pada semua anggota famili grasse atau pada kebanyakan monocots tapi jarang di jumpai pada dicots.Contoh: Peas dan scarlet runner bear.Sewaktu perkecambahan pada biji graminae,padi ,gandum, jagung, cotiledon di sini di sebut sculellum tetap tinggal dalam tanah fungsinya sebagai organ penyerap makanan dari endorperm dan mengantarkannya kepada embryonis axis yang sedang tumbuh.Sewaktu perkecambahan ini yang pertama kali keluar adala radicle sgera kemudian pada radicle ini keluar akar-akar cabang bersama-sama dengan akar primer membentuk sistim akar primer ( primary root sytem) (Jurnalis Kamil, 1979).
Perkecambahan
Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh (Setyati, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai (Kartasapoetra, 1989). Daya kecambah benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).
Tipe perkecambahan benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada tipe kecambah hipogeal, kotiledon tetap tinggal di tanah, sedangkan pada tipe kecambah epigeal kotiledon terangkat keatas (Kartasapoetra, 1989). Biji legum termasuk tipe kecambah epigeal dimana kotiledonnya ikut terangkat ke permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan akar-akar lateral. Hipokotil membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah (Sutopo, 1988).
Proses Perkecambahan
Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 1988).
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, Sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan (Sutopo, 1988).


 Kondisi Lingkungan Ideal Perkecambahan
Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih (Sutopo, 1988). Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman normal pada kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih bervigor tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70% (Sadjad, 1994).
Benih Normal
Umumnya kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad, 1994). Kriteria kecambah yang normal adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan plumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Adapun kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai kecambah normal adalah hipokotil boleh sedikit rusak asal jaringan penting tidak terganggu fungsinya, dan mempunyai satu kotiledon untuk dikotil (Sutopo, 1988).
Kriteria Kecambah Normal Dan Tidak Normal
Kriteria kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok (Kamil, 1983).


MATERI Dan METODE
Materi Praktikum
Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Nampan (seedbed)
2.      Spray untuk menyiram
3.      Kayu penusuk
Bahan
      Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Biji kedelai (Glysine Max)
2.      Tanah
Metode Praktikum
            Adapun metode praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Menyediakan nampan yang akan digunakan sebagai pengganti polybag
2.      Menyediakan biji kedelai yang akan digunakan sebagai bibit sebanyak 25 butir
3.      Mengambil tanah sebagi media tanam (tanah yang diambil 15 cm dari atas permukaan tanah)
4.      Menyiram tanah tersebut dengan air
5.      Tanam 25 butir benih dengan kedalaman 5 cm, kemudian tutup dengan tanah lalu tempatkan didalam laboratorium
6.      Amati kecambah yang muncul dipermukaan tanah pada 3 dan 5 hari setelah tanam
7.       Hitung persentase kecambah normal yang muncul sebagai nilai ketahanan benih terhadap kondisi sub optimum.
8.      Melakukan evaluasi setiap hari mulai dari proses perkecambahan sampai tanaman berumur 2 minggu.

Tempat dan Tanggal Praktikum
Tempat Praktikum
            Praktikum ini dialkukan di laboratorium hijauan makanan ternak Lt. 3. Fakultas Peternak Universitas mataram
Tanggal Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal  13   mei 2011



HASIL Dan PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
            Berdasarkan pengamatan terhadap daya kecambah didapatkan data seperti yaang disajikan dalam tabel berikut ini :
Nama Biji/ Benih
Hari
∑ Biji Yang Tumbuh
Keterangan







G
L
Y
S
I
N
E

M
A
X
1
-
Belum Ada Yang Tumbuh
2
-
Belum Ada Yang Tumbuh
3
2
Tumbuh Sempurna
4
1
Tumbuh Tidak Sempurna
5
4
Tumbuh Sempurna
6
-

7
-

8
2
Tumbuh Sempurna
9
1
Tumbuh Sempurna
10
1
Tumbuh Tidak Sempurna
11
2
Tumbuh sempurna
12
4
3 Biji Tumbuh Tidak Sempurna
13
Penggantian biji sebanyak 8 butir

14
-
Biji Membusuk
15
-
Biji Membusuk
16
-
Biji Membusuk
17
-
Biji Membusuk



a.      Uji kecepatan berkecambah
Uji kecepatan berkecambah / Index Value Test (IVT) dilakukan mulai pada harin ke-3 setelah benih dikecambahkan, selanjutnya setiap hari sampai akhir pengamatan, rumusnya :
                              IVT =  jumlah Benih Berkecambah Normal
                                                      Hari Berkecambah

                                 IVT=            11       
3
                                                =  3.66 %
            Jadi, kecepatan kecambah dari Glysine max adalah sebesar 3.66 %

b.      Uji Daya Kecambah / Standart Germination Test (SGT)
                  Dilakukan pada hari ke-3 setelah benih dikecambahkan selanjutnya 2 hari sekali sampai akhir pengamatan, rumusnya :
                              SGT = Jumlah benih berkecambah normal x 100 %
                                          Jumlah benih yang dikecambahkan

                              SGT =                         11        x 100
25
                                            =  44 %
            Jadi, daya kecambah dari biji Glysine Max ini adalah sebesar 44 % dari total jumlah benih yang dikecambahkan. Hasil ini cukup rendah dari target yang seharusnya dicapai (80-90 %).




PEMBAHASAN
Perkecambahan
Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh (Setyati, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai (Kartasapoetra, 1989). Daya kecambah benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).
Tipe perkecambahan benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal.
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
Biji kedelai
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).


Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
Batang
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
Data pada hasil praktikum  di atas menunjukkan bahwa benih yang ditanam sebagian ada yang berkecambah), karena sebagian biji mengalami kebusukan atau berjamur. Kebusukan ini disebabkan jumlah air yang terlalu tinggi atau berlebih pada saat penyiraman, sehingga menyebabkan gas O2 yang dibutuhkan oleh biji guna berkecambah terhambat untuk diabsorbsi yang menyebabkan biji mati, dan dapat juga disebabkan oleh factor bawaan dari benih maupun dari media (tanah) yang digunakan untuk menanam. Selain itu juga penanaman biji yang terlalu dalam menyebabkan biji tidak dapat mensuplai gas dan sinar matahari (radiasi) yang dibutuhkan biji untuk berkecambah. Hal ini sesuai pendapat Sutopo (1988), bahwa kedalaman penanaman biji berpengaruh pada efektifitas dan kecepatan tumbuh biji yang akan berkecambah.
 Dari data hasil praktikum yang terkumpulkan ada biji yang dapat berkecambah akan tetapi proses pembentukan epigeal dan bentuk daun yang tidak sesuia dengan kondisi tumbuh yang normal (abnormal), hal ini mungkin saja dapat disebabkan oleh 2 (dua) factor yaitu factor eksternal (lingkungan) dan factor internal (genetic). Factor eksternal disini dapat saja di sebabkan oleh ketersediaan unsure hara yang diperlukan untuk tumbuh normal tidak tercukupi sehingga dari hasil pengatan didapatkan ukuran epigeal yang tidak sama, bentuk daun yang keriput, berwarna kuning dan akhirnya dari total biji yang dapat berkecambah (18 biji) hanya yang tersisa 11 biji yang mampu berkecambah normal dan bertahan hidup. (6 butir biji dapat berkecambah tetapi tidak normal dan tidak mampu bertahan hidup). Factor internal dapat disebabkan oleh hormone-hormon perangsang tumbuh dari biji kedelai yang digunakan sebagai bibit dalam keadaan tidak aktif, hal-hal tersebutkan diatas merupakan beberapa factor penyebab dari rendahnya produktifitas biji kedelai untuk dapat tumbuh kembang dengan sempurna.





KESIMPULAN
            Adapun kesimpulan yang dapat praktikan simpulkan berdasarkan hasil praktikum adalah sbb :
1.       Perkecambahan biji sangat efektif dipengaruhi air yang cukup untuk melembabkan biji, suhu serta O2 yang cukup. Perkecambahan biji tergantung juga pada viabilitas biji,
kondisi lingkungan yang cocok, air, suhu udara dan sedikit cahaya. Kekurangan salah satu faktor di atas dapat menyebabkan biji tidak berkecambah.
2.        Dari total 25 butir biji yang dijadikan sebagai benih hanya 11 biji yang mampu berkecambah dan tumbuh kembang dengan normal.
3.       Dari hasil praktikum didapatkan angka kecepatan berkecambah benih kedelai adalah 3,66% dan daya kecambah dari benih kedelai tersebut adalah 44%.




DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010. Glysine Max. http://www.indonesia.tropicalforages.info (Diakses pada hari Selasa  tanggal 8  juni 2011 pukul 18.30 WIT).
Kamil, M. 1983. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian Tropika. CV Rajawali, Jakarta.

Kartasapoetra. 1989. Teknik Benih. PT Bina Angkasa, Jakarta.
Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan Hijauan. PT Angkasa, Bandung.
Setyati, S.H. 1996. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Wahyu M.Q. 1991. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar