Mengenai Saya

Jumat, 10 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI RUMINANSIA


LAPORAN NUTRISI RUMINANSIA

Presented by Ryan Aryadin Putra
B1B.008.026





PENDAHULUAN

Latar belakang.
Peranan sumberdaya ternak telah terbukti nyata sejak kehidupan manusia primitif sampai ke tingkat kehidupan modern. Ruang lingkup dan tingkat peranannya bervariasi menurut tingkat kehidupan dan sistem usahatani di tiap daerah.  Fungsi biologi ternak dalam daur ulang energi dan material dari “biospektrum” menempatkan ternak dalam kedudukan yang patut mendapatkan perhatian yang lebih seksama dalam pengelolaan sumber daya. Ternak ruminansia yang dikenal sebagai ternak memamah biak, terdiri dari ternak sapi dan kerbau ( ruminansia besar) serta kambing dan domba (ruminansia kecil). Selain daging dan hasil ikutannya, maka pupuk dan tenaga kerja untuk mengolah tanah merupakan bahan-bahan dan jasa yang diberikan untuk kesejahteraan manusia.
 ternak ruminansia telah mengalami perkembangan pencernaan yang sangat tinggi yang memungkinkan mereka mengakses energi dalam bentuk pakan berserat dari pada kebanyakan hewan-hewan yang lainnya. Pencernaan ternak ruminansia dicirikan oleh retensi pregastrik dan fermentasi dengan simbiosis mikroorganisme. Ternak-ternak ruminansia mampu menggunakan biomas-biomas yang berserat dan senyawa-senyawa nitrogen sederhana dikarenakan memiliki saluran pencernaan bagian depan yang terdiri dari satu kesatuan kompartemen yang besar.

Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Acara I. Pengamatan Organ Saluran Pencernaan Kambing.
Tujuan praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. supaya mahasiswa mampu memahami sistem pencernaan ternak ruminansia.
  2. untuk memudahkan mahasiswa dalam meningkatkan efisiensi pemberian pakan.
Kegunaan praktikum
            Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah :
  1. dengan diadakannya praktikum ini maka mahasiswa mampu memahami sistem pencernaan ternak ruminansia.
  2. mahasiswa mampu dengan mudah meningkatkan efisiensi pemberian pakan.

Acara II. Penetuan kandungan NH3 dan VFA  Cairan Rumen
Tujuan praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. untuk membuktikan kepada mahasiswa tentang nasip protein pakan yang mengalami degradasi menjadi amonia oleh mikroba rumen.
  2. untuk memperlihatkan kepada mahasiswa tentang produk intermediet berupa asam lemak volatile (VFA) yang dihasilkan pada aktivitas fermentasi mikrobia rumen.
Kegunaan praktikum
            Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah :
  1. mahasiswa dapat membuktikan tentang nasip protein pakan yang mengalami degradasi menjadi amonia oleh mikroba rumen.
  2. mahasiswa dapat melihat dengan langsung produk intermediet berupa asam lemak volatile (VFA) yang dihasilkan pada aktivitas fermentasi mikrobia rumen.




TINJAUAN PUSTAKA

Acara I. Pengamatan Organ Saluran Pencernaan Kambing.
            Ruminansia adalah suatu forugut fermenter. Yaitu bagian kardiak lambungnya telah berkembang membentuk ruang-ruang terpisah yang pHnya mendekati netral dan makanan yang dicerna digerakkan oleh aliran dari mulut ke anus. Bagian-bagian ini merupakan habitat ideal bagi berbagai macam mikroba (Frandson,1992).

Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian (Arora, 2005).

Langkah-langkah dalam sistem digesti meliputi, mekanis, biologis dan enzimatis. Sistem mekanis dilakukan dengan prehension, reinsalivasi, dan remastikasi serta redeglutisi. Didalam rumen terdapat mikroflora rumen yang berfungsi untuk mencerna selulose dan hemisellulose menjadi VFA, CO2, CH4 dan energi panas. Fungsi lain dari organisme rumen adalah sebagai sumber energi, sumber asam amino, dan sintesis vitamin B. Sistem digesti juga dibantu oleh glandula saliva, pancreas dan hati merupakan kelenjar tambahan (Tillman,. At al, 1984).
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus (Kartadisastra, 1997). Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Hasil fermentasi inilah yang menjadi sumber energi utama (Sutardi, 1980). Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses fermentasi berlangsung sebelum usus halus, sehingga dapat disajikan ke usus halus dalam bentuk yang mudah diserap.


Acara II. Penetuan kandungan NH3 Dan VFA  Cairan Rumen
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba.
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak ruminansia. Menurut Arora (1989) sekitar 47 sampai 71 persen dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.
Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen. Namun Orskov, Hughes-Jones dan McDonald (1981) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi, khususnya pada fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan awal, bunting dan awal laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan ternak, sehingga ternak memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos fermentasi di dalam rumen.
Kejadian yang terpenting dari proses degradasi protein di dalam rumen ialah ketersediaan nitrogen bagi pertumbuhan mikroba yang berperan dalam penyediaan protein di dalam usus halus. Poncet dkk. (1995) menyebutkan bahwa protein mikroba rata-rata memberikan kontribusi sebesar 59 persen dari asam amino yang masuk ke usus halus. Asam amino pakan yang lolos degradasi akan melengkapi kebutuhan asam amino bagi ternak untuk berproduksi secara optimum. Dengan demikian pasok asam amino bagi ternak ruminansia tergantung pada protein pakan yang lolos degradasi di dalam rumen dan protein mikroba yang terbentuk sebagai hasil fermentasi di dalam rumen (Wallace 1994).
Degradasi protein di dalam rumen menghasilkan peptida dan asam amino, dimana sebagian asam amino tersebut akan didegradasi lebih lanjut menjadi asam lemak terbang, amonia dan karbondioksida. Amonia yang terbentuk merupakan sumber nitrogen utama bagi pertumbuhan mikroba. Sebagian amonia diabsorbsi lewat dinding rumen dan dibawa ke hati yang akan diubah menjadi urea. Urea yang terbentuk sebagian masuk kembali ke dalam rumen baik melalui saliva maupun yang langsung menembus dinding rumen dan sebagian dikeluarkan melalui urin  (Satter dan Roffler1981).

MATERI DAN METODE

Acara I. Pengamatan Organ Saluran Pencernaan Kambing.
Materi praktikum
            Adapun meteri praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat-alat praktikum
1.      gunting
2.      pinset
3.      plastik
4.      camera photo
5.      botol
bahan praktikum
            bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah organ saluran penceranaan kambing.

Metode praktikum
            Metode praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1.      hamparkan  lembaran plastik di atas meja praktik, kemudian letakan organ pencernaan ternak kambing di atas plastik tersebut. Amati bentuk luarnya dan menggambarnya (di foto).
2.      buka bagian lambung organ pencernaan kambing tersebut dengan menggunakan gunting.
3.      ambil 15 ml cairan rumen kemudian masukan kedalam botol (untuk analisa nh3).
4.      amati digesta yang ada di dalam rumen.
5.      gambar struktur bagian dalam masing-masing kompartemen lambujng (rumen, reticulum, omasum dan abomasum).


Acara II. Penetuan kandungan NH3 Dan VFA  Cairan Rumen
”Penentuan kandungan NH3”.
Materi praktikum
            Adapun meteri praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat-alat praktikum
1.      pipet ukur.                4. distilator
2.       beaker glass.            5. alat pentitrasi.
3.       condensator.
Bahan praktikum
            adapun bahan praktikum yang digunakan adalah :
1.      cairan rumen/ sampel
2.      larutan asam borat 2 %.
3.      universal indicator defoaming agent.
4.      larutan H2SO4 0.05 N
Metode praktikum
            Metode praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1.      Letakan beaker yang berisi 5 ml larutan asam borat 2 %. Pada bagian bawah condenser.
2.      segera tempatkan sampel yang akan didistilasi setelah dibuat basa(dengan larutan Na-tetraborat) untuk mencegah kehilangan NH3. sampel juga harus mengandung beberapa tetes universal indicator defoaming agent (anti busa) jika diperlukan.
3.      uapkan sampai diperoleh distilasi sebanyak 30-40 ml (kira-kira 3-4 menit)
4.      pindahkan gelas beaker untuk dititrasi.
5.      titrasi dengan larutan H2SO4 0,05 N.
6.      titrasi dihentikan bila telah berubah warna menjadi merah muda.
7.      lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

       ml titrasi x 14, 01 (BM N/ kg) x 0,05 N (kkonsentasi H2SO4 yang dipakai x 1000
ml sampel

”Penetuan Kandungan VFA”
Materi praktikum
            Adapun meteri praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat-alat praktikum
1.      Pipet ukur 5 ml.                    4. Buret.
2.      Mikro pipet max 1 ml.          5. Distilator set.
3.      Beaker Glass 100 ml.           6. Centrifugal
bahan praktikum
            adapun bahan praktikum yang digunakan adalah :
1.      cairan rumen/ sample            3. Larutan H2SO4 0,5 N.
2.      larutan NaOH 0,5 N.           4. Larutan H2SO4 15 %.
Metode praktikum
            Metode praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1.      pipet sampel 5 ml, maasukan kedalam erlemeyer 250 ml.
2.      tambahkan 1 ml H2SO4 15 %. Set pada alat distilator.
3.      sipkan labu penampung yang berisi 5 ml larutan NaOH 0,5 N, letakkan pada bagian bawah distilator.
4.      hidupkan alat distilasi, distilasi dihentikan apabila pada labu penampung telah mencapai 100 ml.
5.      hasil distilasi tersebutditetesi dengan indicator PP 1% sebanyak 2-3 tetes.
6.      titrasi dengan H2SO4 0,5 N hingga warna merah menjadi hilang.
7.      lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

       ml titrasi x 14, 01 (BM N/ kg) x 0,5 N (konsentasi H2SO4 yang dipakai) x 1000
ml sampel

Tempat dan Tanggal Praktikum
Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan di Lab. Nutrisi dan makanan ternak. Fakultas peternakan. Universitas mataram.

Tanggal  Praktikum
praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

Acara I. Pengamatan Organ Saluran Pencernaan Kambing.
Hasil praktikum
            Adapun hasil dari praktikum ini adalah :
Gambar 1. Rumen
Penampang  dari luar
Penampang dari dalam


            Rumen adalah kompartemen lambung (dindingnya seperti handuk) yang terbesar,menempati 71 % total volume lambung, dan pisahkan dari reticulum oleh lipatan-lipatan ruminoreticular. Secara tidak lengkap terbagi lagi menjadi ruangan atau kantong-kantong pilar. Mikroorganisme ditemukan didalam rumen dan di rumen proses fermentasi berlangsung. Rumen terletak di Sebelah kiri rongga perut, memanjang dari tuluang rusuk ke 7 dan 8  sd tulang punggang. Menempati ¾ bagian rongga perut.
            Rumen dilapisi oleh sel-sel ephitel keratin yang berlapis dan dapat mengelupas. Ephitelium ini tidak berkelenjar, dengan demikian tidak memproduksi mucus, tetapi ini akan mengangkut VFA( 85 % VFA diserap di dalam rumen) terutama hasil akhir fermentasi rumen, dan rumen dipenuhi oleh papila seperti jari yang memperluas bagian permukaan untuk penyerapan.
            Pakan yang dimakan oleh ternak akan segera di fermentasi sesampainya di rumen. Pakan yang sudah terfermentasi akan berwana ijo lumut. Hal ini menandakan bahwa proses fermentasi oleh mikroba telah berlangsung dan hasil akhir dari proses fermentasi tersebut siap untuk diserap.




Gambar 2. Reticulum
Penampang  dari luar
Penampang dari dalam


            Retikulum terletak berdekatan dengan diaframa, bersama- sama rumen, retikulum membentuk daerah fermentasi, yang dikenal dengan retikulorumen. Retikulum juga daerah penerima dan pengirim ; retikulum menerima makanan dari kerongkongan dan ingesta dari rumen, dan mengirim ingesta juga ke rumen, ke omasum dan ke kerongkongan selama proses ruminasi.
            Retikulum (jalan antara rumen dan omasum)Bagian dalam retikulum terdiri dari papilla-papilla yg terbentuk spt rumah tawon yg dikenal Honey comb. Di retikulum juga terjadi proses absorpsi hasil akhir fermentasi yaitu VFa, Amonia air dan Tempat berkumpulnya benda-benda asing.
Gambar 3. Omasum
Penampang  dari luar
Penampang dari dalam


            Omasum merupakan bagian lambung yang ke tiga. Omasum (bentuk berbuku buku)Terletak disebelah rusuk ke 7 – 11, bentuk elips dan dihubungkan oleh retikulum oleh saluran sempit (orificium reticulo omasal).Omasum dibungkus dengan lamella atau lembaran-lembaran yang terletak pada lekukan yang lebih besar dari organ tetapi lekukan yang lebih kecil, membentuk teruan omasal untuk dilalui cairan dan ingesta larut dari reticulum ke abomasum. Ingesta padat selalu ditemukan diantara lamella, tetapi fungsi utama dari lamella tidak jelas, sementara difahami untuk meningkatkan permukaan daerah penyerapan.
            Bahan-bahan yang diserap dari omasum mengandung air,VFA dan bikarbonat. Yang terakhir harus dipindahkan sebelum kondisi asam abomasum, sedangkakn jika tidak jumlah karbon dioksida (Co2) akan meningkat dalam obomasum.

Gambar 4. Abomasum
Penampang  dari luar
Penampang dari dalam


            abomasum terletak didasar rongga perut. Disejajarkan dengan perut sejati karena disinilah disekresikan cairan lambung oleh sel-sel abomasum. Dengan demikian merupakan daerah pertama tempat berlangsungnya pencernaan protein oleh ternak.
            Di dalam organ ini, mikroorganisme rumen dan residu-residu yang terfermentasi dari pakan adalah subjek pencernaan enzim dan prodaknya diabsorpsi. Di abomasum fermentasi lanjutan terjadi di daerah cecum dan kolon, sumbangan fermentasi di daerah ini terhadapa pencernaan pakan tergolong kecil, yaitu sekitar 5-10 % (preston dan Leng, 1987)

Acara II. Penetuan kandungan NH3 Dan VFA  Cairan Rumen
”Penentuan kandungan NH3”.
Hasil Praktikum.
            Adapun hasil dari praktikum penentuan kadar NH3 dalam cairan rumen adalah sebagai berikut :

            Tabung I          : 2,5 ml titrasi
            Tabung II        : 3,0 ml titrasi
            Tabung III       : 2,2  ml titrasi

Rumus : ml titrasi x 14, 01 x 0,05 N x 1000
ml sampel
Perhitungan :
Tabung I        = 2,5 x 14, 01 x 0,05 N x 1000
                                                5,0
                        = 350,25 mg N/ liter.

Tabung II       = 3,0 x 14, 01 x 0,05 N x 1000
                                                5,0
                        = 420, 3 mg N/ liter.

Tabung III     = 2,2  x 14, 01 x 0,05 N x 1000
                                                5,0
                        = 308,22 mg N/ liter.
            Amonia adalah suatu prekursor penting bagi pertumbuhan mikroba dari sebagian besar spesies bakteri di rumen. Mereka mengambil dan menggunakan amonia untuk mensintesis asam-asam amino penyusun tubuhnya. Amonia bahkan ditetapkan sebagai sumber energi utama bagi kebanyakan bakteri, terutama dari golongan bakteri yang terlibat dalam pencernaan pati dan sellulosa.
            Dari hasil praktikum di atas kisaran kadar NH3 dalam cairan rumen yaitu rata-rata 359 mg N/ liter isi rumen. Hal ini menandakan bahwa kadar NH3 dalam cairan rumen yang digunakan sebagai sampel sangat baik karena transformasi nitrogen mikroba terutama dilakukan melalui ketersediaan amonia, sehingga sangat penting jika amonia selalu tersedia dalam rumen ternak ruminansia.
Protein yang dikonsumsi sebagian akan didegradasi di dalam rumen dan yang lain akan dicerna di dalam usus halus atau dikeluarkan melalui feses. Proporsi protein yang terdegradasi di dalam rumen bervariasi tergantung pada jenis bahan pakan, namun Satter dan Roffler (1981) menyebutkan bahwa protein yang terdegradasi dalam rumen besarnya rata-rata sekitar 60 persen.

”Penetuan Kandungan VFA”
Hasil Praktikum.
            Adapun hasil dari praktikum penentuan kadar VFA dalam cairan rumen adalah sebagai berikut :
Tabung I          : 3,2 ml titrasi
            Tabung II        : 3,5 ml titrasi
            Tabung III       : 2,9  ml titrasi

Rumus : ml titrasi x 14, 01 x 0,5 N x 1000
ml sampel
Perhitungan :
Tabung I        = 3,2 x 14, 01 x 0,5 N x 1000
                                                5,0
                        = 320 mM/ liter.

Tabung II       = 3,5 x 14, 01 x 0,5 N x 1000
                                                5,0
                        = 350 mM / liter.

Tabung III     = 2,9  x 14, 01 x 0,5 N x 1000
                                                5,0
                        = 290 mM/ liter.
            Telah diketahui bersama bahwa prodak akhir dari proses fermentasi bahan pakan yang dilakukan oleh mikroba rumen adalah VFA. VFA ini merupakan asam lemak yang mudah menguap yang selanjutnya akan menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Proporsi relatif VFA secara individual bervariasi sesuai dengan kadar serat ransum. Ransum hijauan berkualitas jelek yang mengandung selulosa tinggi menghasilkan campuran VFA yang mengandung asam asetat tinggi.
            Dari hasil praktikum di atas kisaran kadar VFA dalam cairan rumen yaitu rata-rata 320 mM/ liter isi rumen. Hal ini menandakan bahwa kadar VFA dalam cairan rumen tersedia cukup, sehingga asupan energi tercukupi.
           
Tabel I. Pengaruh ransum terhadap proporsi VFA dalam cairan rumen domba

ransum

Total VFA
(mM/ liter )
proporsi molar (%)
asetat                 propionat       butirat            tinggi
Hay    : bijian
100    :     0
97
66
22
9
3
80      :     20
80
61
25
11
3
60      :    40
87
61
23
13
2
40    :    60
76
52
34
12
3
20     :   80
70
40
40
15
5

           

KESIMPULAN

          Berdasarkan praktikum maka ada beberapa point yang dapat praktikan simpulkan yaitu sebagai berikut :
1.      Rumen adalah kompartemen lambung (dindingnya seperti handuk) yang terbesar,menempati 71 % total volume lambung, dan pisahkan dari reticulum oleh lipatan-lipatan ruminoreticular.
2.      Retikulum (jalan antara rumen dan omasum)Bagian dalam retikulum terdiri dari papilla-papilla yg terbentuk seperti rumah tawon yg dikenal Honey comb.
3.      Bahan-bahan yang diserap dari omasum mengandung air,VFA dan bikarbonat.
4.      abomasum terletak didasar rongga perut. Disejajarkan dengan perut sejati karena disinilah disekresikan cairan lambung oleh sel-sel abomasum. Dengan demikian merupakan daerah pertama tempat berlangsungnya pencernaan protein oleh ternak.
5.      Amonia adalah suatu prekursor penting bagi pertumbuhan mikroba dari sebagian besar spesies bakteri di rumen.
6.      VFA(Volatyle Fatty Acid) merupakan asam lemak yang mudah menguap yang selanjutnya akan menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia.

DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992 . Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Kartadisastra, 1997. Zoologi . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor .

McDonald .1981 . Anatomy and Physiology of Farm Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.


. Poncet dkk. 1995 . Kawan Beternak. Yayasan Kanisius, Yogyakarta

Satter, Roffler. 1981. Comparative Anatomy of the Vertebrates. 9rd. McGraw-Hill Higher International.Edition Biological Science Series, Singapore.

Soetanto. 1994 .peran Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wallace. 1994. Veterinary Anatomy, Basic, Comparative and Clinical. Drawings by Sharon Ashby. Texas A and M University Press, USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar